Dear Afi,
Semoga kamu bisa meluangkan waktu untuk bisa membaca surat dariku ini.
Aku tahu, kamu sedang diuji lagi. Kamu kembali di-bully karena videomu, setelah kamu dihujat karena tulisan-tulisanmu, iyaa 'kan?
Aku juga pernah mengalami hal-hal seperti itu. Waktu itu, saya masih berusia remaja sepertimu. Di-bully teman-temanku di grup medsos, karena melakukan sesuatu yang tidak santun menurut mereka.
Seandainya aku bernasib sepertimu, rasa sakit yang ku rasakan akan bertambah berlipat-lipat. Bahkan, aku sempat down dan tak ada harapan lagi. Beruntung, ada sahabat yang terus menyemangatiku, membuat terus bertahan dalam kehidupan awal sekolahku yang kelam ini.
Nah, Fi, berkaca dari pengalamanku, bisa tidak kamu  move on dari masa lalumu yang pahit seperti sekarang ini, mencari dukungan dari sahabat dan keluargamu? Semoga kamu bisa melakukannya, dan kamu akan baik-baik saja.
Afi,
Memang, yang kamu butuhkan sekarang ini adalah melangkah ke kehidupan baru. Apakah kamu bisa melakukannya?
Fi, ku mohon, janganlah kau buru-buru untuk bunuh diri hanya karena bully yang ditimpakan kepadamu. Kau masih muda, dan jalan hidupmu masih panjang. Yang kau pikirkan sekarang ini, bagaimana caranya untuk bisa keluar dari masa lalu yang sangat kelam itu?
Aku pernah mengadu kepada sahabat baikku, tentang kejadian masa lalu yang kuingat, dan kuingat lagi. Kemudian, dia berpesan kepadaku: "Jangan ingat masa lalu".
Ya, aku memang melupakan masa lalu, seiring berjalannya waktu. Kehidupanku di kelas XI dan XII yang amat menyenangkan, ditambah dengan berkunjung ke tempat baru, membuat masa kelamku tak sempat kupikirkan lagi.