Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Debat Pilkada di TV Nasional, Semata Karena Gengsi?

3 November 2024   22:36 Diperbarui: 4 November 2024   08:54 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Makanya, tentu hal yang sangat kusyukuri, akhirnya TV lokal ikut serta dalam penyiaran debat pilkada, toh keterlibatan mereka adalah keberuntungan, memanfaatkan momen pesta rakyat yang hanya datang lima tahun sekali. Soalnya, kehidupan TV-TV lokal ya begitulah. Hidup segan mati tak mau. Selalu mencari cara buat tetap bertahan hidup di tengah gempuran TV nasional yang ambisius menarik perhatian pemirsa dengan program unggulannya. 

Akibatnya, minim iklan yang masuk kecuali iklan (peng)obat(an) lokal, dan satu-satunya momen emas bagi mereka yaitu saat bulan Ramadan di mana menjelang magrib, para pejabat dan tokoh beramai-ramai mengucapkan selamat berbuka puasa, yang mungkin mendatangkan berkah dan cuan bagi TV-TV lokal itu. Parahnya lagi, banyak juga TV lokal yang tutup, juga ada yang diakuisisi stasiun nasional menjadi cabang dari jaringan TV di daerah karena alasan yang sama di atas tadi!

Di samping itu, keterlibatan TV lokal dalam menyiarkan debat pilkada sejalan dengan PKPU tentang kampanye, yang menganjurkan KPU daerah untuk menggunakan lembaga penyiaran lokal demi pemberdayaan stasiun TV tersebut.

Akan tetapi, yang harus jadi catatan buat kerjasama dengan TV lokal oleh KPUD, tentunya KPUD tidak bisa seenaknya, ujug-ujug langsung deal. Karena harus mempertimbangkan jangkauan siaran untuk bisa diakses di semua wilayah.

Jika TV lokal bisa diakses lewat antena biasa dan untuk wilayah ibukota provinsi atau kabupaten yang bisa dijangkau seluruhnya dengan itu, atau lewat parabola bagi pengguna STB satelit yang bisa menerimanya, silakan saja debat pilkada disiarkan lewat TV itu. Kalau memang nyatanya hanya sebagian wilayah yang terjangkau siarannya, khawatirnya seperti warga Pangandaran yang menelan kekecewaan seperti yang kujelaskan tadi, bukan?

KEGAGALAN MENAYANGKAN DEBAT PILKADA, TAMPARAN UNTUK TV LOKAL

Ketika KPUD Banda Aceh menayangkan debat pertama pilwakot Banda Aceh, ada segurat kekecewaan yang terlihat dari wajah warganya. Ternyata, waktu penayangannya bersamaan dengan debat pertama Pilgub Jawa Tengah yang tentu TV-TV berita memprioritaskan untuk menyiarkannya. 

Malah lebih dari stasiun TV yang menayangkannya, lagi! Alhasil, mereka hanya (bisa) menyiarkannya lewat streaming YouTube.

Lha, bagaimana bisa terjadi? Karena mungkin saja mereka lebih memilih TV nasional karena lebih gengsi aja dengan nama besar stasiun TV itu, sayangnya jadwal siaran debat pilkada sudah padat dengan pesanan penyelengaraan debat oleh KPU daerah yang menjalin kerjasama.

Nah, kalau begini, kemanakah peran TV lokal selama ini? Di sana ada kan? 

Itulah yang jadi tamparan buat TV lokal buat mengkader SDM-nya biar bisa setara dengan TV nasional. Minimal, punya moderator handal yang bisa memandu jalannya debat sekelas pilkada. Lebih bagus lagi kalau punya pembawa acara yang pernah menimba pengalaman kerja di berbagai TV nasional, agar pas kembali mengabdi di TV lokal daerah, sudah cakap untuk membawakan acara debat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun