Lalu, minyak yang udah diwadahin, buat apa? Paling, buat numis. Bisa sih buat goreng, tapi untuk lauk yang berbumbu, jadi sekali dipakai, minyaknya berubah warna dan bau menjadi lebih kotor, sehingga berubah jadi minyak jelantah "sesuai dengan batas pemakaiannya".
Terus, bagaimana kalau minyaknya udah dipakai sekali atau dua kali dan berubah baunya? Bisa sih, hanya saja penggunaannya terbatas.
Misalnya, kalau minyak bekas goreng ikan, cuma bisa terpakai pada olahan dari ikan juga. Bisa juga minyak bekas goreng bawang untuk tumisan. Begituuuu.
Jangan Campur Minyak Bekas Goreng Dengan Minyak Baru
Plis ya, jangan campur dengan minyak baru, walau bersih hanya dipakai sekali. Itu karena batas penggunaan itu tadi, ya. Karena kalau tercampur, udah, "dianggap sama" dengan minyak bekas goreng itu tadi. Apalagi kalau minyaknya kotor, sudah dipastikan tidak bisa terpakai.
Ketimbang Goreng, Ayo Ganti Cara Memasak
Memang sih, bagi sebagian orang, menggoreng memang lebih praktis. Tapi, kalau terus-terusan diolah seperti itu, bukanlah gak bagus juga buat kesehatan? Gorengan aja bisa bikin panas dalam lho.
Maka dari itu, ayolah, masih banyak cara memasak yang lebih sehat daripada menggoreng. Jika lauk masih bisa diolah dengan cara memanggang atau dibikin sup, kenapa tidak? Walaupun memang, Â memanggang bikin boros bahan bakar dan agak ribet.
Kalau caranya seperti ini, bukankah itu gak perlu minyak yang banyak? Sudah pasti, minyak gorengnya masih bisa diselamatkan.
Nah, kalau kalian mau melakukan keempat tips di atas, berapa banyak rupiah yang bisa bertahan di dompet kalian?
Apalagi kalau mengurangi atau tidak menggoreng dan ganti ke cara lain dalam mengolah setiap bulannya, bukan tidak mungkin minyak seliter bisa bertahan setidaknya lebih dari setengah bulan. Mudah-mudahan.