Seruan penundaan pilkada semakin kencang terdengar!
Sudah berbagai pihak menyuarakan hal itu, bahkan tenaga kesehatan pula, sampai merengek ke Pemerintah agar Pilkada bisa ditunda (lagi). Habis, COVID-19 tak kunjung pergi!
Namun, Pemerintah tetap pada pendiriannya. Pilkada Serentak tetap digelar. Ya bagaimana lagi, kalau ditunda, ke depannya banyak daerah yang dipimpin oleh Pejabat Sementara dong?
Memang, kasus COVID semakin menjulang dan malah jadi beban, banyak korban yang nyawanya melayang nan berjatuhan yang sebentar lagi akan meraih angka ceban, terus ratusan dokter, juga gugur.
Di tengah hal itu, seolah-olah ada bisikan yang mendorong Pilkada jalan terus "Tenang saja, asalkan ada protokol kesehatan yang ketat, pasti bisa!" Lalu, apa bisa mewujudkan hal itu dalam kurang dari tiga bulan?
Melihat perilaku warga desa, malah diriku jadi ragu. Masih bebas kayak dulu. Gak pakai masker ke manapun mereka pergi, terus masih percaya bahwa kabar tentang korona hanyalah angin lalu.
Di warung-warung dan toko-toko, fasilitas cuci tangan hanyalah pajangan semata. Beribadah malah rapat tanpa jarak di masjid maupun saat shalat hari raya. Ya, itulah kenyataannya.
Ditambah lagi dengan kehadiran media apa pun bentuknya, sukses membuat masyarakat terbuai akan gagasan new normal. Seolah-olah, tatanan kehidupan ini telah kembali seperti semula. Akibatnya apa? Jadi abai!
Karena itulah, Pemerintah Provinsi harus mulai berperang dari sekarang; bersiap-siap menuju pelaksanaan Pilkada! Jangan hanya tahapan yang berjalan, pengendalian pandemi perlu diperhatikan!
Pintu masuk daerah harus diperketat dan kalau perlu, tutup! Warganya juga dilarang ke luar daerah, karena kedatangan dari wilayah zona merah bisa membuat jumlah pasien positif termasuk berada di desa, semakin merangkak naik.
Juga, protokol kesehatan harus digiatkan lagi, merasuk ke seluruh wilayah sampai terkecil sekalipun. Lebih bagus lagi kalau ada orang berpengaruh yang menyadarkan masyarakat untuk mengubah pola pikir, bahwa COVID-19 itu berbahaya dan belum ada obatnya!