Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Selamatkan Bumi dengan Berbagi

31 Juli 2020   12:30 Diperbarui: 1 Agustus 2020   14:52 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: abcnews.com

Ah, gak salah judul nih?

Iya, beneran! Aku jelaskan latar belakangnya, ya.

Rasa-rasanya diriku ingin marah besar kala melihat tweet yang pernah kubaca. Dengan menyematkan embel-embel "Pertolongan akan Keajaiban Twitter", dia menceritakan bahwa buku-buku yang diterbitkan sebelum tahun 2017 akan dimusnahkan oleh penerbit besar! 

Alasannya, ya sudah memenuhi gudang, dan ingin dikosongkan, gitu.

Jika itu terjadi, apa gak kasihan buku-bukunya yang telah diperjuangkan susah payah oleh penulisnya? Lalu, peradaban juga, bisa jadi merugi karena tulisan-tulisannya lenyap bersama api.

Dan, tak hanya itu saja! Pemusnahan buku-buku dengan cara dibakar, sama saja bikin lingkungan dan seisinya tambah repot. Sudah ada pencemaran, ditambah lagi polutan yang lainnya. Apa Bumi gak keteteran, coba?

Hmmm, sebetulnya, toh sampah-sampah sudah bikin masalah jika tidak dikelola. Sampah elektronik, misalnya, mengandung bahan kimia B3 yang bisa meracuni perairan dan menyebabkan air dianggap tak berguna lagi.

Terus, pakaian bekas, terutama yang berbahan polyester yang setara dengan plastik, untuk mengurainya bisa lama, dan bisa-bisa, zat-zat yang terkandung di dalamnya bisa mencemari tanah serta menyebabkan kanker bagi manusia!

Nah, cobalah kalian pikirkan! Sudah berapa banyak barang-barang yang akhirnya tersimpan dalam gudang gegara ingin menjadi lebih baik dan kekinian?

Di perkantoran sebagai contohnya. Demi efesiensi kinerja, komputer lama akhirnya diganti dengan teknologi mutakhir, sampai ke perangkat lunaknya juga!

Sekolah-sekolah dan kampus juga begitu. Atas nama kenyamanan, kursi yang terbuat dari kayu akhirnya diganti dengan kursi yang terbuat dari busa dan kerangkanya dari besi, bukan?

Kalau kalian renungkan, masih banyak sekolah-sekolah yang tak punya bangku, meja dan kursi! Lalu, komputernya juga, mau praktik pelajaran TIK dan melaksanakan UTBK jadi susah.

Memang, setiap tahunnya negara kita menghasilkan sampah sebanyak 64 juta ton setiap tahun, namun, barang masih layak namun tak terpakai terus dibuang ke lingkungan, baik bahannya anorganik seperti plastik, maupun organik contohnya kayu, sama saja nambah beban sampah di bumi Indonesia!

Terus, bagaimana caranya?

Seperti yang pernah kubaca di buku Keajaiban Sedekah, kalau tidak salah, ada kampus yang mendonasikan komputer dan bangku yang masih laik namun tidak digunakan, pada sekolah-sekolah Islam. Alhasil, para pegawainya bisa mewujudkan mimpinya; beribadah di Tanah Suci bisa digapainya!

Melihat hal itu, apa salahnya kalian mendonasikan barang layak pakai namun sudah tidak dibutuhkan lagi? Terlebih lagi, di momen Idul Adha yang berbarengan dengan pagebluk COVID-19. Harusnya, jiwa berbagi harus lebih, lebih, dan 10X lebih baik!

Apalagi barang elektronik seperti gadget yang harusnya dimintai perhatian bagi kalian, juga untuk mereka yang harus mengikuti pembelajaran (daring) di tengah pandemi.

Pasalnya, peralatan elektronik, walaupun baru sekalipun, kalau tidak terpakai, lama-lama, jadi rusak. Akhirnya, ujung-ujungnya jadi sampah elektronik yang bikin Bumi bersusah hati. Percuma, 'kan?

Oh ya, kalau kalian mengingat pesta kelulusan dengan corat-coret baju, itu sebenarnya hal yang tidak berguna buat lingkungan dan hari depanmu!

Iya sih, buat kenang-kenangan. Tapi, itu 'kan cuma dalih doang. Ujung-ujungnya, baju itu disingkirkan jua. 

Di sisi lain, ada juga keluarga yang sesuap nasi aja susah, apalagi buat beli seragam?

Karena itulah, koreksi dirilah wahai kalian yang merasa cukup dengan barang-barangnya! Yang punya barang lebih dari satu atau sudah tidak ingin membutuhkannya. Apa lebih baik dikorbankan untuk kepentingan kaum papa yang penderitaannya sudah mendera?

Ingatlah, pengorbanan kalian dengan barang-barang layak pakai seperti buku, bangku, atau barang elektronik, itu sudah sangat berarti. Mereka bisa memanfaatkannya sampai barang-barang itu sudah tak berdaya lagi.

Dan, yang pasti, bakal meringankan beban lingkungan dan Bumi yang sudah begitu rela menjadikan hamparannya sebagai tempat pembuangan akhir?

Berkorban dengan hewan ternak aja bisa, harusnya melepaskan barang-barang untuk sesama dan kebaikan lingkungan harus diupayakan, dong!

Demikianlah penjelasannya, salam Kompasiana!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun