Untuk apa mengejar popularitas, kalau hidupmu sendiri tidak bermanfaat! --Nahariyha
Dulu, saat melangkah ke pintu gerbang dunia kepenulisan, keinginanku salah satunya, ingin tulisanku disukai dan diapresiasi banyak orang, populer istilah kerennya. Makanya, di sini, sambil belajar menulis, saya nulis artikel sebanyak-banyaknya, maunya sih dapat HL biar dibaca banyak orang. Hehe. :D
Terus, melihat teman-teman penulis yang sangat populer, disukai banyak orang bahkan sampai menyabet penghargaan, saya jadi iri dan hati kecilku berkata: "Mereka hebat ya, sedangkan tulisanku belum apa-apanya. Â Aku 'kan ingin seperti mereka!"
Namun, semuanya jadi tersadar saat mendengarkan Smart Happiness-nya Pak Arvan pekan lalu, menenangkanku untuk tak berkecil hati. Justru itu, yang membuatku, paradigma tentang hidup jadi berubah, dan tambah semangat untuk mengguratkan pena yang tentunya berguna!
Menulis lagi,Â
lagi,Â
tambah lagi,Â
dan seterusnya! ^semoga-aaamiin!
Nah, kembali lagi soal penulis yang populer dan meraih apresiasi tertinggi. Apa iya, perlu disukai semua orang untuk meraih itu semua?
Iya, perlu dong!
Bener sih, tapi  kalau menurut paradigma kesuksesan 'kan yaa! Tapi versi kebahagiaan, nggak begitu tuh.