Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Meleburkan Semangat Kartini pada Peringatan Lain, Mengapa Tidak?

22 April 2017   19:04 Diperbarui: 23 April 2017   15:00 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

23 April: Hari Buku Sedunia

Nah, peringatan yang satu ini--yang jatuh pada esok hari--ini yang menurutku sesuai dengan salah satu spirit Kartini, yaitu memerjuangkan literasi yang meliputi budaya membaca dan menulis. Pantas saja, bazar buku impor terbesar di jagat raya, Big Bad Wolf 2017 yang berlokasi di ICE BSD, Tangerang Selatan, memilih 21 April sebagai hari pembukaannya. Dalam sambutannya, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, mengajak kaum wanita untuk giat membaca sebagai sarana untuk menambah pengetahuan.

Sejak dicetuskan pada tahun 1995, peringatan hari buku sedunia memang seharusnya harus diingat oleh kita, warga dunia, untuk selalu gemar membaca. Masalahnya, di Indonesia, perayaan tersebut hanya dianggap angin lalu. Sebagai negara berkembang, kita hanya dihabiskan untuk membaca buku sebanyak 2 jam. Bandingkan saja, di negara maju, yang menyisihkan waktu 8 jam per hari untuk membaca!

Para pahlawan yang telah mengharumkan negeri ini, memang sebagian menghabiskan waktu untuk menenggelamkan diri dalam bacaan. Termasuk Kartini, yang sewaktu dipingit--dikurung di dalam rumahnya--banyak melahap bacaan-bacaan berbahasa Belanda. Lewat bacaan itulah, Kartini mulai memahami ajaran tentang emanisipasi wanita, yang menggugahnya untuk menuangkan pemikirannya dalam bentuk tulisan lewat surat-suratnya.

Berkaca pada kisah di atas, semangat yang ditularkan Kartini berwujud gerakan literasi, haruslah menyebar pada generasi-generasi selanjutnya. Di situlah, pada hari Buku Sedunia harus dimaksimalkan lagi oleh kaum wanita untuk meningkatkan minat baca pada masyarakat di sekitarnya. Caranya, para aktivis wanita bisa menggelar taman bacaan di tempat-tempat publik, di taman misalnya. Bisa juga, para wanita membagi-bagikan buku pada masyarakat, menghibahkan buku-buku pada museum, juga perpustakaan. Semoga saja, apa yang dilakukan mereka, secara tidak langsung akan memicu semangat mereka untuk terus membaca buku, dan menjadi gaya hidup mereka.

***

Setelah tiga peringatan penting ini, haruskah para wanita untuk berhenti berkarya dan berdaya? Tentu semoga saja semangat mereka yang menginspirasi, hilang ditelan waktu. Sebaliknya, para wanita masa kini harus terus menyebarkan inspirasi untuk mengubah dunia, tentunya lewat kisah pejuang-pejuang wanita di sekitar di media, dengan cara tersendiri. Dan ingat, bukankah seharusnya para wanita harus mengembangkan potensi yang dimilikinya, agar hidup lebih berarti?

Selamat Hari Kartini, Hari Bumi, dan Hari Buku Sedunia!

Demikianlah, semoga menginspirasi. Salam Kompasiana!

*Referensi, dari berbagai sumber

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun