Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Manfaat Lain dari Media Sosial, untuk Apa?

22 April 2016   16:14 Diperbarui: 23 April 2016   09:05 575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi sosial media. Sumber gambar: trebwire.com"][/caption]Zaman sekarang ini, keberadaan media sosial seolah-olah telah melenakan kita. Ya, bagaimana tidak? Media sosial kini telah menjadi bagian dari gaya hidup sehari-hari kita, terutama kaum muda. Update status, upload foto, dan lain-lain seakan jadi kegiatan harian. Tentu, dengan media sosial, kita bisa berbagi dengan dunia—tanpa batas!

Namun, bagi yang jenuh dengan aktivitas medsos dan padatnya aktivitas, perlahan medsos yang kita punya jarang di-update, bahkan tak lagi digunakan. Apalagi punya akun medsos banyak. Waduuuh! Tidak sanggup mengurusnya sampai lupa username/e-mail dan password. Soal hal-hal itu, saya pernah membahasnya pada artikel berikut: Tips Mengelola Akun yang Jumlahnya Lebih dari Satu

Dulu, seperti kebanyakan remaja lain waktu itu, saya punya beberapa media sosial. Pertamanya saya punya akun Twitter yang telah saya buat tanggal 17 Mei 2011. Kala itu, saya tertarik dengan akun-akun para artis, dan berharap saya bisa mengekpresikan diri saya dengantweet-nya. 

Selang beberapa bulan kemudian, saya punya akun Facebook. Ya sama seperti punya akun Twitter, saya bisa update status,upload foto terutama foto selfie dan bersama teman-teman, serta tak hanya itu, saya bisa berdiskusi dengan sesama pengguna FB di status, pesan dan berita fanspage tentang hal-hal tertentu.

Atas saran dari salah satu teman FB saya, saya sempat punya akun di Facelim—ya kayak FB tapi anggotanya dari kalangan muslim dan statusnya tentang berbau keagamaan. Sayang, karena tak serius mengelolanya, jadilah laman facelim.com mati. Dan akun Facelim saya pun jarang saya buka, ya mungkin karena kelupaan.

Dan, karena saya punya akun gmail (e-mailnya dari Google), jadilah saya buat akun Google+ dan akun Youtube saya. Akan tetapi, saya jarang menggunakan Google+ dan status-status saya kebanyakan dari link artikel saya di Kompasiana. Apalagi akun Youtube, tak satupun video yang saya temukan di sana. Mengunggah video butuh kuota banyak, jadi saya malas menggunakannya.

Oiya, saya sempat punya akun Instagram, tapi saya tak pernah menggunakannya. Mengapa? menggunakan Instagram saja butuh smartphone, minimal Android dan kurang cocok jika menggunakan desktop, itupun jika diakses lewat versi web-nya kita hanya bisa melihat upload foto dan profil saja. 

Kalaupun mau menggunakan Instagram, di PC-nya harus dipasang software emulator android yang bisa menjalankan berbagai aplikasi. Sedangkan saya hanya punya laptop dan HP biasa, tanpa emulator android itu, ya mana mungkin bisa!

Metamorfosa dalam Berekspresi

Semenjak saya lulus sekolah, perlahan saya jarang menggunakan Facebook untuk upload status, apalagi nge-tweet, ya kadang-kadang saya update. “Materi” yang biasanya saya update berupa status pendek dan foto-foto selfie di media sosial, lama-kelamaan berganti dengan tulisan-tulisan saya di blog

Ya, saya mencoba dunia baruku yang bernama menulis. Sejak saya punya akun Kompasiana pada bulan Mei 2014 lalu (baru aktif menulis pada awal 2015), disusul dengan blog pribadi saya, saya mencoba membagi kisah dan kejadian yang penting dan positif tentunya, siapa tahu akan berguna ‘kan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun