Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Mengapa Masyarakat Begitu Mudahnya Menyalahkan KPI?

27 Februari 2016   14:23 Diperbarui: 10 September 2016   11:15 976
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Sumber gambar: tabloidbintang.com"][/caption]Sensor yang diperlihatkan pada tayangan kartunDoraemon dan Spongebob Squarepants di layar kaca, dimana dua karakter masing-masing kartun tersebut, Shizuka dan Sandy, mengenakan bikini dan pakaian dalam. Hal yang sama juga terjadi pada ajang pencarian duta cantik se-Indonesia, Putri Indonesia, yang tidak terlepas dari sensor, dalam artian diblur, yang mengenai kebaya yang digunakan para peserta.

Sontak para netizen menumpahkan pendapatnya di sosial media, terutama Twitter, yang menuding KPI ada di balik penyensoran konten acara televisi, yang menutupi bagian-bagian tertentu yang tidak layak dikonsumsi rakyat Indonesia, terutama anak-anak.

Di sisi lain, pihak KPI secara tegas membantah telah melakukan sensor terhadap konten acara TV. KPI dibentuk hanya sebagai pengawas acara televisi setelah ditayangkan. Jadi, sesungguhnya yang mem-blur bagian yang tidak pantas pada konten acara TV, ya rumah produksi dan stasiun TV sendiri, sebagai bagian dari kontrol kualitas siaran. Bahkan, penyensoran terhadap siaran televisi, merupakan kewajiban yang harus dijalankan setiap stasiun TV.

Jauh sebelum tudingan penyensoran yang dilakukan KPI yang dilakukan masyarakat, terutama netizen, sebenarnya sudah berulang kali bagian-bagian yang tidak layak tonton diblur pihak stasiun TV, misal, belahan dada, belakang dan samping tubuh wanita yang terbuka yang sering terlihat pada berbagai film, baik film asing, terutama film barat, maupun film kartun.

Bagi pemirsa yang sering menyaksikan berita kriminal dan bencana alam, terutama peristiwa teroris dan ledakan bom, tentu sering lah ya, melihat bagian-bagian yang seringkali disensor pihak stasiun TV, misalnya ceceran darah dan mayat manusia. Tentu, kalau ditampilkan, akan menimbulkan ngeri bagi yang melihatnya, bukan?

Apalagi di berita-berita dan tayangan dokumenter tertentu, di mana stasiun TV tentu akan mem-blur bagian tertentu di gedung dan di berbagai tempat lainnya, yang ada iklan maupun berbagai produk. Sudah jelas, bukan tempatnya kalau bagian iklan tersebut masih diperlihatkan di stasiun televisi pada saat acara sedang ditayangkan. Kalau kalian mau melihat dan stasiun TV hendak menayangkan iklan produk, tunggu saja sampai penyiar mengucapkan: “kita akan kembali setelah jeda pariwara berikut ini”

Nah, kalau begitu, apa yang dilakukan stasiun TV itu benar, khan?

Tapi masalahnya, masyarakat kita sudah latah dan mengkambing-hitamkan KPI. Lihat saja, peforma KPI yang sedang menurun dan kinerjanya memburuk akhir-akhir ini. Teguran demi teguran yang dilayangkan KPI kepada banyak stasiun TV di Indonesia kebanyakan hanya dianggap angin lalu, dan sedikit sekali yang mematuhinya. Sampai sanksi terberat yaitu pencabutan izin stasiun TV, mereka tidak sedikit pun kapok dan terus-menerus melakukan pelanggaran hanya sekadar rating semata.

Ketidakgubrisan ketika menjatuhkan hukuman pada stasiun TV, dan keterlambatan KPI merespons aduan dari para pemirsa, amat disayangkan oleh sebagian masyarakat. Bagaimana tidak, masyarakat zaman sekarang begitu sadar akan kualitas dan rindu tayangan TV yang mendidik generasi bangsa. Mereka rela mengadukan ke KPI atas buruknya acara-acara TV lewat SMS, website, dan sosial media, demi terwujudnya tayangan televisi Indonesia yang lebih baik.

Tuduhan-tuduhan yang ditujukan ke KPI oleh netizen, bukan yang pertama kalinya terjadi. Masih ingatkah dengan Dragon Ball yang dihentikan sementara? Para netizen terlatah KPI-lah yang menghentikan program kartun tersebut sehingga banjir protes keras dari para penggemar tak terhindarkan.

Padahal, sesungguhnya KPI tidak mengentikan siaran itu, justru dari pihak Global TV, pemegang hak siar Dragon Ball yang mempersiapkan episode-episode baru yang telah dibeli dari pihak distributor kartun tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun