Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Makan Bersama dari Bekal, Cermin Kebersamaan Siswa SMA di Lampung

12 April 2015   12:21 Diperbarui: 10 September 2016   10:55 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Tahukah kalian tanggal 12 April, diperingati sebagai Hari Bawa Bekal Nasional? Maksudnya, hari dimana kalian membawa makanan dari rumah, untuk dimakan ke sekolah, kampus, kantor, dan sebagainya. Namun, kebanyakan anak-anak zaman sekarang maunya yang praktis, sehingga tak jarang banyak yang memilih membeli makanan di warung, dibanding membawa makanan sendiri dari rumah.


 Coba kalian ingat-ingat, sewaktu sekolah maupun kuliah, pernahkah kalian membawa bekal dari rumah?


 Hmmm, saya pernah membawa bekal dari rumah, tapi dari sejak SMP dan SMA. Sewaktu SD saya jarang membawa bekal, karena pulangnya tengah hari. Tapi, yang paling dirasakan oleh saya ya sewaktu SMA, karena selain membawa bekal, kita bisa makan di kelas, bersama-sama!


 Saya tahu, alasan kami membawa bekal dari rumah ke sekolah, karena selain kami akan pulang sore akibat adanya les tambahan untuk ujian, kami bisa menghemat uang, kami tidak perlu jajan yang belum tentu sehat! Nah, saya punya pengalaman menarik soal membawa bekal dan memakan bekal bersama-sama:


 Sewaktu kami datang di kelas, kebanyakan dari kami, siswa kelas XII biasanya sudah disiapkan bekal makanan oleh orang tua masing-masing, ada pula yang disiapkan sendiri. Memang, tidak semua siswa membawa bekal dari rumah. Pada waktu jam istirahat, kami berkumpul berkeliling, duduk di bangku saling berhadapan. Adapula yang duduk lesehan di belakang kelas bersama beberapa teman lainnya.


 Setelah itu, barulah kami memperlihatkan makanan yang dibawa. Makanan yang dibawa, bermacam-macam. Ada tumis kacang koro, sayur kangkung, mi goreng, sambal ikan, sambal tempe, dadar telur dan sebagainya. Bahkan, kami saling meminta makanan satu sama lain, merasakan nikmatnya masakan yang kami bawa. Dan, kami tidak pelit untuk memberikannya! Itulah indahnya saling berbagi.


 Kemudian, barulah kami makan bersama. Rasa kekeluargaan, persahabatan dan kebersamaan di dalam kelas kami sudah terasa sejak awal kami duduk di kelas XII di sebuah SMA di Punggur, Lampung Tengah ini. Bahkan, siswa kelas tetangga mulai ikut-ikutan membawa bekal dan mulai makan bersama seperti yang dibawa oleh kami. Kegiatan makan bersama diakhiri pada jam 10.30. Kami bersiap untuk mengikuti pelajaran selanjutnya.


 Nah, uniknya, mengapa makan bekal bersama-sama dilakukan pada jam istirahat, bukan jam makan siang? Karena pada waktunya anak-anak sekolah untuk jajan. Pada pukul 12.00, kami lebih bersiap-siap untuk beribadah. Yang muslim ke masjid, yang non muslim berkumpul di perpustakaan untuk melakukan ibadah kecil. Ada beberapa orang yang memilih makan siang jika berhalangan untuk melaksanakan ibadah. Saya pernah makan bekal sendiri disaat saya sedang datang bulan.


 Ada pula yang berdalih ingin sarapan, karena ada teman yang terburu-buru untuk berangkat sekolah. Padahal, bukankah batas waktu sarapan jam 9 pagi, kalau kelewat jam itu, bukan sarapan namanya! Saya sudah buktikan itu, saya biasa sarapan sebelum berangkat sekolah, dan buktinya, saya selalu bersemangat untuk mengikuti pelajaran.


 Pernah saya bertanya pada teman saya, kok tidak sempat sarapan? Jawabannya, ya terburu-buru, bangun jam 6! Padahal, waktu bisa diatur, dan yang pasti, jangan tidur terlalu malam, sehingga ada waktu untuk bangun pagi, sehingga bisa sarapan pagi.


 Nah, belajar dari pengalaman saya bersama teman-teman saya di kelas XII itulah, kami justru merasakan kebersamaan dalam berteman, saat kami makan bersama dengan bekal yang kami bawa. Selain itu, tubuh kami jauh lebih sehat, karena kebersihan makanan dari rumah terjamin dan gizi yang terkandung dari makanan, lebih lengkap. Pastinya, uang jajan yang diberikan orang tua bisa digunakan untuk hal lainnya, bukan?


 Hmmm, siapa yang mau mengikuti jejak kami dalam membawa bekal dan makan bersama?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun