Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ternyata, Konsep TV Lokal Telah Ada Sejak Tahun 90-an!

29 Januari 2015   11:54 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:10 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

PADA pertengahan 2000-an, pertelevisian Indonesia mulai disesaki oleh banyaknya TV Lokal yang disiarkan oleh daerah masing-masing. Tidak ketinggalan pula, TV Lokal yang bersiaran di Jakarta telah melebarkan sayapnya, bersiaran secara nasional melalui TV-TV lokal di daerah. Alhasil, saat ini ada 1 stasiun televisi yang dulunya TV lokal kini bertransformasi menjadi stasiun TV nasional (berjaringan), yaitu Sindo TV, setelah bergabung dengan puluhan mitra TV lokal di seluruh Indonesia.

Memang, sekarang pertelevisian kita telah diwarnai oleh banyaknya TV lokal. Tidak hanya di daerah, TV lokal di Jakarta juga unjuk gigi menambah kanal pada TV kita. Tidak hanya TV tentang hiburan, namun juga pendidikan, dan bisnis. Sayangnya, kanal-kanal TV di Indonesia sangat terbatas; jumlah jatahnya tergantung daerahnya masing-masing. Sehingga banyak TV-TV lokal yang harus legowo karena tidak mendapatkan jatah kanal yang sudah diisi oleh stasiun TV lain yang notabene stasiun TV nasional. Pada akhirnya, banyak TV lokal yang berafiliasi dengan stasiun TV lokal di daerah untuk menyiarkan acara mereka di daerah tersebut, bahkan di seluruh Indonesia.

Melihat perkembangan pertelevisian kita, sesungguhnya konsep TV lokal di Indonesia telah ada sejak awal 90-an. SCTV, yang kini menjadi stasiun televisi swasta nasional, dahulunya adalah stasiun TV lokal pertama di Jawa Timur (Surabaya), bahkan di Indonesia, yang pada waktu itu merupakan percabangan dari RCTI yang bersiaran di Jakarta. Pada waktu itu, SCTV menyiarkan acara RCTI di daerah Gerbangkertosusila dan stasiunnya sendiri berada di Surabaya. Pertengahan 90-an, setelah SCTV memisahkan diri dari RCTI, akhirnya SCTV berdiri sendiri sebagai stasiun TV nasional dan kantor pusatnya berada di Jakarta.

Lain halnya dengan ANTV, stasiun TV yang berdiri di Bandarlampung pada tahun 1993 sebagai stasiun TV lokal di Lampung tersebut tidak merupakan percabangan dari stasiun TV lain, melainkan menayangkan acara buatan sendiri. Namun tidak lama kemudian setelah diberikan izin siaran untuk mengudara secara nasional, kantor pusat ANTV dipindahkan ke Jakarta dan memulai siaran secara nasional.

Jadi, SCTV dan ANTV adalah dua stasiun TV nasional yang merupakan mantan TV lokal di daerahnya masing-masing. Memang pada saat itu, jumlah stasiun televisi nasional di Indonesia masih sangat sedikit, sehingga butuh 'dukungan' oleh TV lokal di daerah untuk ikut bersiaran secara nasional. Oleh karena itu, sampai pertengahan 2000-an, pertelevisian kita secara keseluruhan berisi kanal stasiun TV yang berpusat di Jakarta. Pada pertengahan 2000-an, konsep TV lokal mulai dihidupkan lagi dengan adanya TV lokal di daerah, sebagai dampak dari otonomi daerah. Pada akhirnya, masyarakat di daerah bisa mendapatkan informasi dari daerah masing-masing melalui TV lokal, tidak harus melihat berita dari Jakarta karena keterbasan waktu siaran berita. Apalagi saat ini adalah era TV digital, yang kanal TV-nya lebih banyak dari TV analog. Jadi tidak hanya TV nasional, TV daerah juga ditampung lewat TV digital. semoga TV lokal kita kualitas siaran dan isi acara nya tidak jauh berbeda dengan TV nasional, sehingga masyarakat daerah tetap menikmatinya dengan nyaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun