Bagaimana Menjaga Kejiwaan Agar Tetap Dalam Mode Waras?
Menjaga jiwa itu nilainya sama halnya dengan menjaga agama, menjaga akal pikiran, harta dan juga  keturunan. Kelima hal inilah yang biasa disebut dengan maqasidh syariat atau visi misi syariah.
"Dalam konsep maqasidh syariat biasa disebut dengan dharuriyat al-khams (lima hal utama keberadaan syariat), sehingga menjaga jiwa ini  kadang bisa lebih tinggi nilainya dari menjaga agama ketika dalam keadaan darurat atau khusus seperti sekarang ini," ujar KH Muammar Bakry. Memelihara kesehatan jiwa penting bagi umat Muslim. Kabar baiknya, Islam pun sudah mengajarkan tentang kesehatan jiwa dalam ajarannya.
Perasaan marah, kecewa atau sakit hati sangat wajar terjadi dalam hidup kita, namun dalam Islam kita perlu menjaga kesehatan jiwa agar hidup lebih tentram. Yang pertama dalam memelihara kesehatan jiwa adalah, dengan melakukan istiqomah. Hal ini bisa dilakukan lewat ibadah terus-menerus. Baik itu dalam kondisi bahagia ataupun di kondisi sulit.
"Sesungguhnya orang orang yang mengatakan : Rabb kami ialah Allah, kemudian mereka istiqomah pada pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan : janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih, dan bergembiralah kamu dengan memperoleh surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu: (QS Fushilat : 30).
Yang kedua adalah berbuat amal kebaikan, Mulai dari berbuat baik dengan orang terdekat maupun orang lain. Hal ini diungkap oleh HR. Bukhari, bahwa:
 "Berbuat sesuatu yang tepat dan benarlah kalian dan amal yang paling dicintai Allah adalah amalan yang terus menerus meskipun sedikit".Â
Yang ketiga, Kalahkan Hawa Nafsu. Dalam memelihara kesehatan jiwa, seseorang perlu memerangi atau mengalahkan hawa nafsunya terhadap dunia. Meski banyak godaan yang sulit dihindarkan, jika niat karena Allah SWT, tentu semua akan dimudahkan. Sebagaimana yang diungkap oleh HR. Thabrani, bahwa:
"Setiap amal itu pasti ada masa semangatnya. Dan setiap masa semangat itu pasti ada masa futur nya. barang siapa dalam kemalasannya masih dalam sunnah Nabi maka dia berada dalam petunjuk."
Dalam keadaan apapun, jangan lupa libatkan Allah SWT di setiap perjalanan. Jangan hanya datang saat sedang sedih saja, melainkan saat bahagia harus libatkan sang pencipta. Hal ini diungkap oleh HR. Hakim Syaikh Al-Albani, bahwa: