Mohon tunggu...
Dewi Uny Widya H.N
Dewi Uny Widya H.N Mohon Tunggu... Guru - Mengajar
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menyukai membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sebuah Perjalanan Takdir

23 Oktober 2022   23:48 Diperbarui: 24 Oktober 2022   00:10 1682
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jalan hidup memang tak pernah semulus yang kita bayangkan, dalam menapaki kehidupan kita pasti akan menemui beberapa hambatan dan rintangan dan kita pun tak bisa untuk menghindarinya, Tuhan senantiasa menguji manusia dengan beraneka ragam cobaan hidup yang pasti akan kita temui disetiap kaki kita melangkah. Namun, hal tersebut tidak lantas membuat kita berputus asa. 

Sebagai hamba yang baik, kita harus bisa menjalani romantisme kehidupan yang, jika dijalani dengan sabar, akan senantiasa indah. Demikianlah jalan hidup yang telah ditetapkan. Setiap manusia akan diuji sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
Setiap orang mempunyai takdirnya masing-masing. Ada orang yang ditakdirkan penuh kebahagiaan, ada pula yang sebaliknya. Saat takdir itu datang, tak ada yang bisa menolaknya. Meski, kamu sudah berhati-hati dalam bertindak dan melangkah. Takdir memang sudah digariskan, tetapi bukan berarti tidak bisa diubah. Jika menginginkan takdir yang baik, maka jalan satu-satunya adalah memohon kepada Sang Pencipta. 

Lantaran Dia-lah yang mampu mengubah takdir seseorang. Allah akan memberikan takdir yang baik selama manusia bersungguh-sungguh dalam bertakwa.
"Takdir bukanlah masalah kebetulan, ia adalah masalah pilihan. Takdir bukanlah sesuatu yang harus ditunggu, ia merupakan sesuatu yang harus dicapai." - William Jennings Bryan
Yakinlah Takdir Allah adalah yang terbaik dan tidak pernah salah. Allah memberi kita,apa yang kita butuhkan,bukan apa yang kita inginkan. Ketika Allah memberi cobaan,yakinlah sebenarnya Allah menyayangi kita. Memberi ujian yang pasti dibatas kemampuan kita.Tetaplah bersyukur apapun keadaaan kita,Walau ada kalanya yang kita inginkan tak bisa kita wujudkan, meyakinkan diri bahwa jalan tuhan selalu yang terbaik. Maka dari itu belajarlah untuk menerima takdir kita, Terkadang kita sulit menerima takdir yang menimpa diri kita, apalagi jika takdir itu berupa kesulitan atau kegagalan, sesuatu yang tidak kita harapkan terjadi pada diri kita, sesuatu yang menurut pemahaman kita tidak baik buat kita. 

Pada saat itu, seringnya kita lupa bahwa Allah Sang Pencipta takdir, Allah yang menciptakan kita, pasti lebih tahu apa yang terbaik buat ciptaanNya. Kita lupa, Allah SWT telah berjanji, tidak akan membebankan kepada seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya, Laa yukalifuLLahu nafsan illa wus'aha ...


"Belajarlah menerima takdir yang menimpa diri kita" Ketika seseorang menerima takdir yang menimpa dirinya, menerima ketentuan Allah atas dirinya, dan ridho kepada qodho dan qodar Allah maka ia akan ikhlas dan rela menerima apapun yang diputuskan Allah kepada dirinya tanpa syarat, dan menganggapnya sebagai suatu kebaikan atau cobaan yang perlu dihadapinya. Ridho merupakan buah dari cinta seorang mukmin kepada Allah. Seseorang yang mencintai seseorang akan menerima semua keinginan dan tuntutan dari yang dicintainya. Keinginan dan tuntutan Allah terdapat dalam Al Qur'an. Kehendak Allah kepada kita merupakan kejadian yang telah berlangsung, tidak dapat dihindarkan, dan tidak diketahui sebelumnya. Semua kebaikan dan keburukan dari apa yang menimpa kita, semua dari sisi Allah.Tak ada seorangpun yang dapat menghindari dari rahmatNya dan kecelakaan yang ditimpakanNya kepada seseorang.
"Belajarlah menerima takdir yang menimpa diri kita"
Takdir merupakan pertemuan antara ikhtiar atau usaha manusia dengan kehendak Allah. Hidup merupakan rangkaian usaha demi usaha, sambungan ikhtiar demi ikhtiar. Namun ujung dari usaha dan puncak ikhtiar tidak selalu berhubungan langsung dengan kesuksesan dan keberhasilan. Ada simpul lain yang menghubungkan dengan keberhasilan, yaitu kehendak Allah. Simpul yang tidak diketahui oleh manusia, yang gelap bagi kita semua. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahuinya (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok (QS. Luqman:34)

Pada setiap usaha yang kita lakukan, kita harus melakukan segala sesuatu dengan baik, profesional, tertib, dan penuh semangat. Pada wilayah yang gelap, usaha kita adalah: berdoa, berharap, dan bertawakal kepada Allah. Dalam setiap ikhtiar yang kita usahakan, harus kita tutup kalkulasi optimisme dengan kata 'semoga' atau 'mudah-mudahan.'
Kata 'semoga' atau 'mudah-mudahah' membuat kita menjadi lebih bijak menyikapi takdir yang menimpa diri kita. Kita akan lebih bisa memaknai setiap takdir yang menimpa kita dengan: dibalik semua ini, pasti ada hikmahnya. Tidak larut dalam penyesalan yang mendalam, tidak larut dalam perasaan bersalah atas setiap keputusan yang diambilnya, tidak larut menyalahkan takdir, dibalik semua ini pasti ada hikmahnya.
Yakinlah bahwa setiap takdir Allah untuk kita selalu baik, apapun bentuk takdir itu. Takdir yang baik, tentu baik untuk kita. Takdir yang nampak tidak menguntungkan buat kita, ternyata ada kebaikan yang Allah 'paksakan' untuk kita, yang tidak kita sadari saat itu, yakinlah bahwa Allah mengetahui yang terbaik untuk kita. Boleh jadi, takdir yang menimpa diri kita adalah cara terbaik untuk meringankan dosa di hari kiamat. Ketika Rasulullah Saw sakit menjelang wafatnya, beliau bersabda "Tidaklah seorang muslim ditimpa suatu rasa sakit dengan duri atau apa saja, kecuali Allah menggugurkan dosa-dosanya seperti pohon yang menggugurkan daun-daunnya."(HR Bukhari). Di antara rahmat dan kasih sayang Allah SWT kepada mukmin adalah dikuranginya dosa mereka di dunia.
Maka apabila terlintas pikiran hendak menyerah apalagi berprasangka buruk terhadap Allah SWT maka ingatlah bahwa bahkan para Nabi pun tidak luput dari ujian hidup. Bahkan ujian mereka sangatlah berat dan hal tersebut semakin mempertegas bukti bahwa ada hikmah yang terselubung dibalik setiap ujian.
Introspeksi diri di dapat dilakukan kapan pun dan dimana pun, memikirkan tingkah laku kita, baik dalam perkataan dan mengoreksi perbuatan pada masa lalu merupakan introspeksi dan tentu saja tidak berhenti pada titik memikirkan dan merenungi kesalahan tetapi harus dibarengi dengan ihtiyar mengubah tindakan dan kesalahan pada masa silam
Just opinion, not a poem
Saling berbagi pendapat semoga bermanfaat...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun