Mohon tunggu...
Dewi Uny Widya H.N
Dewi Uny Widya H.N Mohon Tunggu... Guru - Mengajar
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menyukai membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Manusia Diuji agar Tangguh dan Hebat

10 Oktober 2022   10:02 Diperbarui: 10 Oktober 2022   10:10 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusia Diuji Agar Tangguh Dan Hebat
Terdapat hikmah yang besar di balik ujian dan nikmat yang diberikan oleh Allah SWT kepada hamba hamba-Nya. Orang yang mampu menangkap hikmah dibalik musibah dapat dipastikan sebagai pribadi yang tangguh. Keistimewaan ini hanya bisa dicapai oleh orang orang yang mengganggap ujian sebagai bagian dari kasih sayang-Nya. Sementara orang yang menyikapi ujian dengan wajah muram, menyalahkan ketentuan Allah SWT serta berprasangka buruk kepada-Nya maka ia tidak akan memperoleh hikmah apapun. Alih alih mendapatkan hikmah kehidupannya akan kian terasa susah lantaran jauh dari rahmat-Nya. Allah SWT menguji manusia dengan kesusahan dan kesedihan supaya manusia mengerti hakikat kebahagiaan dan manisnya kehidupan. Tidak ada seorang pun yang lebih mencintai keindahan dari pada orang yang membenci keburukan. Tidak ada seorangpun yang bisa mengerti nikmatnya kesehatan melebihi orang yang pernah merasakan pedihnya sakit. Dan tidak ada seorangpun yang nikmatnya ketentraman melainkan orang yang telah terlepas dari kekalutan. Jika kita Sudi jujur banyak kesengsaraan dalam hidup ini yang membawa kenikmatan. Tidak sedikit ujian yang menyembuhkan hati seseorang sehingga ia tidak lagi enggan untuk bertaubat kepada Allah SWT menghargai nikmat nikmat-Nya serta bersyukur dan taat kepada-Nya. Adanya ujian dalam hidup sesungguhnya menunjukkan kepada manusia bahwa dunia adalah negeri kesengsaraan dan kemusnahan bukan negeri kebahagiaan dan kekekalan. Untuk itu orang orang yang berpikir tentu akan paham betul betapa tidak ada hal apapun yang layak untuk disombongkan dari dunia. Masa muda, kecerdasan, wajah yang rupawan, dan popularitas bukanlah perkara kekal yang cukup syarat untuk disombongkan. Ujian yang menimpa seseorang sebetulnya tidak hanya mengandung hikmah bagi yang bersangkutan melainkan juga bagi orang lain. Seseorang bisa mengais hikmah dari melihat penyakit yang menyerang orang lain yang sebelumnya terlihat masih sehat dan kuat secara fisik bukankah hal ini menunjukkan bahwa kekuatan fisik tidak bisa disejajarkan dengan kekuasaan Allah SWT?
Dalam sebuah hadis Rasulullah Saw bersabda sebagai berikut:
" Apabila engkau melihat Allah memberi seorang hamba sesuatu yang dicintainya sedangkan ia tetap durhaka kepada-Nya maka yang demikian itu hanya merupakan tipu daya belaka. Kemudian beliau membaca ayat " Sesungguhnya kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah tambah dosa mereka dan bagi mereka azab yang menghinakan". (HR. Ahmad dan Thabrani).
Hadist Rasulullah Saw tersebut mengajarkan kepada kita untuk berhati hati terhadap amanah dan pemberian Allah SWT. Sebab, apabila kita abai apalagi jika amanah tersebut justru menyebabkan kita durhaka maka kita pasti menanggung azab yang menghinakan. Akibatnya kenikmatan yang semestinya membahagiakan justru berubah mencelakakan. Na'udzubillah.
Orang mukmin yang sabar atas bencana yang diturunkan oleh Allah SWT dan menganggapnya sebagai suatu nikmat maka dosa dosanya akan dihapuskan sehingga ia kian bersemangat dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT. Orang mukmin tidak perlu cemburu dengan kenikmatan yang diperoleh orang orang kafir. Karena sejatinya kenikmatan tersebut hanyalah kenikmatan yang menipu.
Nikmat kelezatan yang mendatangkan kesenangan lebih rendah dibandingkan nikmat penderitaan yang membimbing ke jalan lurus dan pahala sebab, nikmat yang pertama acap kali menyebabkan seseorang menyia nyiakan kebaikan sedangkan nikmat kedua menghapus kesalahan kesalahan. Nikmat pertama seringkali mengakibatkan seseorang lengah terhadap kewajibannya kelezatan terkadang melenakan dan menjerumuskan seseorang ke jurang kesesatan yang dalam.
Kenikmatan hakiki adalah kenikmatan yang dapat mencegah seseorang dari perbuatan dosa. Kenikmatan inilah yang dilimpahkan Allah SWT kepada orang orang mukmin yang sejati yaitu mereka yang mengerti perbedaan kenikmatan yang murni dengan kenikmatan yang imitasi yang hanya bersifat sementara, orang orang mukmin tentu mengerti bahwa musibah dapat mendidik hati, menggugah kesadaran dan kian mendekatkan diri ke sang pencipta, ya , hanya orang orang yang Sudi menerima musibah secara lapang dada yang sanggup menyelami samudra musibah yang sangat mungkin mengandung mutiara 

hikmah.

Sumber website:

Kisah inspiratif.com

Almanhaj.or.id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun