Mohon tunggu...
Dewi Suprapti
Dewi Suprapti Mohon Tunggu... Guru - Servant of God

Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sikap Umat Allah dalam Mandat Injili di Era Postmodern

23 November 2021   19:31 Diperbarui: 23 November 2021   19:47 1232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

A. Pendahuluan

Tugas terpenting bagi umat Allah yang sudah menerima karya keselamatan yakni penebusan dosa, sehingga umat manusia menjadi milik kepunyaan Allah (1Ptr. 2:9-10) adalah mandat Injili, umat Allah harus memberitakan perbuatan-perbuatan Allah yang ajaib kepada semua orang. Tugas ini dipaparkan begitu jelas dalam Matius 28:19 “karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan anak dan Roh kudus” (Markus 16:15-16; Lukas 24:45-48). 

Perintah tersebut sungguh sangat jelas menunjukkan bahwa di dalam Kristus manusia memiliki satu mandat penting yaitu mandat misi. Manusia di dalam Kristus diutus untuk memberitakan pribadi dan karya Allah. Akan tetapi gelora pengijilan atau misi yang dahulu menyala-nyala kini kian meredup. Umat Allah mendapat banyak tantangan silih berganti dari dunia ini yang dapat mempengaruhi kobar api penginjilan tersebut. Tidak dapat dipungkiri karena umat Allah masih ada di dunia ini, dunia yang terus berubah dengan teknologi yang ada, berbagai ancaman dari dunia ini dialami oleh umat Allah, sehingga meredupkan api penginjilan.

Di era pencerahan muncullah postmodernisme yang ditandai dengan dekonstruksi terhadap modernisme, postmodern berkembang begitu pesat dengan teknologi melawan modernisme yang mengutamakan rasio dan sains. Munculnya postmodernisme memberikan dampak negatif dan positif bagi umat Allah dalam mengemban mandat Injili. Postmodernisme beranggapan bahwa kebenaran itu bersifat relatif tidak mutlak dan kebenaran itu diciptakan bukan ditemukan sedangkan orang Kristen memandang Firman Allah adalah kebenaran yang sejati yang membawa manusia mengenal sang pencipta. Hal ini tentunya bertolak belakang dengan iman Kristen. Sehingga tantangan mandat Injili umat Allah begitu berat di era postmodern. Umat Allah perlu mengambil sikap untuk menghadapi tantangan tersebut. Perjuangan menghadapi tantangan zaman tidaklah mudah, postmodern berkembang begitu pesat, umat Allah dapat saja terpengaruh oleh situasi zaman yang negatif.

B. Sejarah Singkat Postmodern 

Postmodern pertama kali muncul pada abad ke 20 ditahun 1930-an di Amerika Latin dan booming pada tahun 1950-1970. Munculnya postmodernisme begitu menggemparkan karena dorongan untuk mengkaji kembali tradisi-tradisi yang sudah ada. Kemudian postmodernisme menyuarakan bahwa pengetahuan manusia hanya versi dari realitas, bukan seluruhnya. Kehadiran posmodernisme banyak mengkaji atau mengkritik paham modern (Modernisme) bahkan kemunculannya dilatarbelakangi oleh keinginan untuk melawan paham modern yang dianggap belum terjamin keabsahannya. Diantaranya adalah humanism, historisme, subjektivitas dan fundamentalisme-respresntasionalisme. Pandangan postmodern yang begitu menonjol adalah pluralism dan reliativisme. Adapun tokoh-tokoh yang terkait atas kemunculan postmodernisme adalah Federico de Onis dengan karyanya yang berjudul Antologia de la poesia espanola a Hispanoamericana, berikutnya Toynbee dengan karyanya A study of history, Lyotard memperkenalkan istilah postmodern pada karyanya yang berjudul the postmodern condition; A report of knowledge dan Michel Foucault dalam berbagai bahasan bukunya yang sarat dengan relativisme.

C. Paham Postmodern 

Postmodern adalah istilah untuk zaman setelah zaman modern, dan tanda berakhirnya zaman modern, yang terdiri dari tiga kata yakni post yang berarti setelah, modern adalah yang terbaru kemudian isme diartikan dengan paham. Postmodern hadir dengan pandangan sendiri diberbagai bidang contohnya bahasa, seni, filsafat dan arsitektur. Postmodern adalah pandangan kritis terhadap modernisme yang ditandai oleh adanya rasionalisme, materialisme, dan kapitalisme, namun dianggap gagal dalam mengangkat martabat manusia dan teori-teori modernisme dianggap tidak terpenuhi. Salah satu ciri pemikiran postmodernisme adalah dekonstruktif dimana teks dianggap tidak memiliki arti tunggal akan tetapi dapat diartikan banyak dan teks itu dapat berubah karena tidak pasti, pemikiran ini dapat menggoyahkan ajaran-ajaran Kristen, doktrin-doktrin yang sudah ada yang didasari oleh Alkitab, karena dianggap masih dapat ditafsirkan kembali. Hal ini dapat membuat iman Kristen dalam kebingungan tidak mendapat suatu kepastian karena jika ditafsirkan kembali akan mendapat tafsiran yang berbeda. Pemikiran lainya dari postmodern adalah relativisme, artinya ilmu pengetahuan bagi postmodernisme bersifat relatif, tidak ada ilmu pengetahuan yang kebenarannya bersifat absolut tergantung bagaimana orang memandang kebenaran tersebut demikian juga halnya dengan iman Kristen kebenaran itu dianggap subjektif, tergantung dari cara pandang dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi atau disesuaikan dengan tata nilai dan adat istiadat masing-masing, sehingga keselamatan tidak hanya dari Yesus saja, keselamatan itu relatif bagi postmodernisme. Kemudian Pluralisme merupakan ciri pemikiran postmodernisme. Adanya pluralisme budaya, agama, keluarga, ras, ekonomi, sosial, suku pendidikan, ilmu pengetahuan, politik merupakan sebuah realitas. Postmodern tidak mengakui rasionalitas universal, artinya bahwa postmodern toleransi dengan adanya keragaman pemikiran, peradaban, agama dan budaya.

D. Mandat Injili 

Mandat Injili atau penginjilan sangat jelas disampaikan dalam Injil Matius 28:19 “karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh kudus. Kata mandat Injili atau misi dapat diartikan tugas dan panggilan semua orang orang percaya yang diberikan oleh Tuhan. Bahkan Yesus sendiri sudah melakukan jauh sebelumnya akan misi tersebut, kata misi itu sendiri berawal dari kata missio dari bahasa latin yang memiliki arti perutusan yang lebih popular dengan kata pengutusan dan mittere yang berarti mengutus. Yesus mengutus murid-murid untuk menjalankan misi Allah artinya murid-murid diutus untuk mengajar demi memberitakan Injil bukan untuk maksud dan tujuan lain. Sehingga orang-orang yang mendengar berita itu percaya dibaptis untuk menerima keselamatan dari Allah. Matius 28:19 didukung begitu banyak ayat yang lain bahwa bukan hanya untuk murid-murid Tuhan Yesus pada waktu itu yang menerima mandat Injili akan tetapi menjadi tugas umat Allah atau orang-orang percaya.

Kehadiran Postmodernisme sangat mempengaruhi iman Kristen. Iman Kristen diperhadapkan dengan pemikiran-pemikirannya postmodernisme yang dapat meragukan teks Alkitab dan kebenarannya karena iman Kristen yang mengakui bahwa Firman Allah sifatnya mutlak, absolut dan objektif sedangkan postmodernisme sebaliknya. Untuk itu gereja atau umat Allah yang bermisi harus mengambil tindakan nyata di era postmodern ini dalam mandat Injili, demikian halnya dalam menghadapi pluralisme gereja/jemaat harus mengawasi paham yang demikian. Untuk itu gereja harus memiliki cara untuk tetap terus mengobarkan api penginjilan sebagai tugas Agung yang diberikan oleh Allah yang menjadi pokok penting dalam Kekristenan, setiap orang Kristen harus menjadi saksi Kristus (Kis. 1:8). Adapun strategi yang harus dilakukan umat Allah agar semangat pengginjilan terus menyala adalah:

1. Berfokus Pada Kristus

Teringat dengan mengenai misi dalam bahasa latin yakni Mission Dei dijelaskan oleh Jonar Situmorang dalam bukunya yang berjudul strategi Misi Paulus bahwa ajaran klasik ini “Mission Dei, Yakni keseluruhan pengurusan para nabi kepada Israel dan kepada bangsa-bangsa sekitarnya, pengutusan Kristus kepada dunia, pengutusan rasul-rasul dan pekabar-pekabar Injil kepada bangsa-bangsa. Allah adalah Pengutus Agung.”

Allah mengutus umatnya dan pusat pengginjilan itu adalah Kristus. Inilah yang disebut misi yang berpusat pada Kristus. Kristus yang mengutus, kristus pulalah yang diberitakan. Jika menyatakan suatu kelompok misi penginjilan namun jika di dalamnya bukan Kristus yang diberitakan itu tidak dapat dikatakan misi penginjilan. Pengginjilan adalah memberitakan mengenai Kristus dan karya keselamatan-Nya, agar orang-orang yang mendengar dan menerima akan keselamatan yang Tuhan berikan. Jadi untuk menghadapi postmodernisme bahwa kebenaran itu tidak mutlak, dan keselamatan dapat diperoleh di luar Yesus, harus benar-benar memusatkan penginjilan kepada Kristus bahwa Yesus Kristuslah satu-satunya jalan keselamatan.

2. Pemahaman yang Benar 

Jemaat akan mudah diombang-ambingkan oleh angin-angin pengajaran di era postmodern ini jika tidak memiliki pemahaman yang benar akan firman Allah. Umat Allah harus benar-benar memahami akan ajaran-ajaran firman Tuhan yang menjadi dasar dan standar kebenaran, karena firman Tuhan adalah landasan menjalankan misi tersebut. Gereja harus memberikan kelas-kelas pendalaman Alkitab yang memberikan pengajaran-pengajaran, pemberitaan-pemberitaan firman yang menekankan akan otoritas Alkitab, pengajar-pengajar Kristen baik di gereja maupun di sekolah harus sungguh-sungguh dalam pengajarankannya untuk memberikan pemahaman kepada anak-anak didik di era postmodern ini, agar setiap orang percaya di era postmodern ini memiliki pengetahuan yang benar tentang Kristus dan pegangan yang kuat akan firman Tuhan yang mereka percayai.

3. Membangun Iman 

Dalam mengantisipasi masuknya postmodernisme dalam gereja maka pendeta, pendidik-pendidik di gereja maupun di sekolah, dari anak-anak sampai pada orang dewasa hendaknya membangun iman mereka di atas dasar kebenaran firman Allah atau Alkitab karena Alkitab adalah dasar yang kuat untuk membangun iman jemaat, pendeta dan para pendidik Kristen memiliki peran yang penting dalam membangun iman jemaat dan peserta didik untuk sampai memiliki kedewasaan rohani. Dalam membangun iman jemaat harus konsisten dan berkesinambungan sampai jemaat dan peserta didik mencapai kedewasaan. Terlepas dari itu jemaat Tuhan harus memiliki sikap yang mandiri dalam membangun iman dengan tekun membaca dan merenungkan firman Allah sebagai dasar bangunan sehingga pengenalan akan Tuhan semakin baik dan tahan uji. Sehingga ketika ajaran-ajaran atau pemahaman-pemahaman baru hadir jemaat sudah memiliki fondasi iman yang kuat (1 Kor. 3:10-23) dan dapat menjadi saksi dimanapun mereka berada.  

E. Kesimpulan

Postmodernisme harus benar-benar diwaspadai agar tidak masuk kedalam lingkungan gereja untuk mempengaruhi umat Allah akan iman percaya mereka kepada Tuhan. Khususnya pandangan posmodern mengenai relativisme dan pluralisme, umat Allah harus tetap memandang Alkitab adalah dasar iman Kristen, Kristus sebagai pusat penginjilan dan memiliki pemahaman yang benar akan Kristus dan firman-Nya bahwa Kristus satu-satunya Juru selamat (Yoh. 14:6; KPR 4:12) serta membangun iman di atas dasar yang kuat yakni Yesus Kristus.

F. Daftar Pustaka

Tazib Abu. Tokoh Konsep dan Kata Kunci Teori Postmodernisme, Yogyakarta : Deepublish, 2017.


Wijayanti, Hasna dan R.Indriyana. Postmodernisme sebuah pemikiran filsuf abad 20, ISBN, 2021.


Jonar, Situmorang. Strategi Misi Paulus: Mengulas Kontekstualitas Paulusdalam Pelayanan Lintas Budaya, Yogyakarta: PMBR Andi, 2020.


Rismarini, Margaretha. “Tantangan dan sikap gereja di era Postmodern.” Ungaran: STT Simpson, 2016.

https://docplayer.info/45688189-Tantangan-dan-sikap-gereja-di-era-postmodern-margaretha-rismarini-universitas-45-makassar.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun