Mohon tunggu...
Dewi Sundari
Dewi Sundari Mohon Tunggu... Konsultan - Praktisi Kejawen

http://www.dewisundari.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kenapa Malam Jumat Kliwon Dianggap Keramat?

16 Mei 2017   10:59 Diperbarui: 18 Mei 2017   12:32 18822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak orang meyakini bahwa malam jumat kliwon bukanlah malam biasa. Bahwa malam jumat merupakan waktu yang tepat untuk melakoni ritual mistis, sekaligus waktu yang tepat bagi para makhluk tak kasat mata untuk berkeliaran. 

Apakah benar demikian?

Misteri Malam Jumat Kliwon

Sebenarnya, pihak yang paling bertanggung jawab atas kesan mistis malam jumat kliwon, adalah media. Media lah yang selama berpuluh-puluh tahun menampilkan jumat kliwon sebagai hari yang sakral dan menakutkan.

Ketika kebudayaan barat mulai masuk, mau tidak mau beberapa aspek pun ikut diadopsi. Bila di barat sana orang mengenal jumat tanggal 13 (Friday 13th) sebagai tanggal angker, maka di tanah air kita kemudian diperkenalkan dengan konsep mistis jumat kliwon.

Hal ini tentu tidak terjadi seketika. Juga tidak lantas terjadi begitu saja. Kenapa harus jumat kliwon? Kenapa bukan jumat legi atau jumat pahing saja?

Salah satu tradisi spiritual Jawa yang sampai sekarang masih banyak diikuti adalah puasa neptu 40 (puasa 40 hari/ puasa tiga hari berneptu 40). Puncaknya lazim jatuh pada hari jumat kliwon. Sehingga malam jumat kliwon kerap menjadi rujukan, dalam hal-hal yang terkait pencapaian mental dan spiritual.

Lebih dari itu, dalam kepercayaan Jawa pasaran kliwon adalah letaknya diri sejati. Hal ini didasarkan pada konsep sedulur papat lima pancer. Empat saudara, kelimanya pusat.

Konsep ini mengandung pengertian bahwa tiap-tiap manusia tidak hanya terlahir berupa raga/ wadag/ jasad saja. Tetapi juga didampingi oleh empat unsur atau roh yang berasal dari tanah, air, api dan udara.

Keempat unsur inilah yang masing-masing berkiblat pada empat titik, dengan unsur kelima di tengah-tengahnya. Kurang lebih sebagai berikut:

  1. Pasaran legi bertempat di timur, berunsur udara, memancarkan sinar putih
  2. Pasaran pahing bertempat di selatan, berunsur api, memancarkan sinar merah
  3. Pasaran pon bertempat di barat, berunsur air, memancarkan sinar kuning
  4. Pasaran wage bertempat di utara, berunsur tanah, memancarkan sinar hitam
  5. Sedangkan pasaran kliwon bertempat di tengah (pusat) yang merupakan letaknya sukma atau jiwa. Pancarannya manca warna, alias bermacam-macam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun