Toleransi menjadi salah satu alat pemersatu adanya keanekaragaman tersebut. Toleransi antar umat beragama terlihat disudut perkampungan Wonodri Grajen  Semarang Selatan.
Indonesia merupakan negara yang majemuk dan multikultural dimana didalamnya terdapat berbagai perbedaan yang beraneka ragam mulai dari suku, adat-istiadat, budaya, bahasa dan  bahkan  kepercayaan agama.Pada senin 27 Juni 2022 pukul 13.00 WIB kelompok 21 KKN MIT-DR 14 diberikan kesempatan untuk melakukan wawancara kepada salah satu warga yang sangat menginspirasi disana. Beliau bernama Ibu Mirah yang memeluk agama  Katolik, dalam wawancara kali ini berbentuk sebuah podcast yang berlokasi di rumah Ibu Mirah, alasan mengapa memilih podcast yaitu agar kita dapat berbincang dengan santai sehingga narasumber bisa memberikan informasi dengan lebih leluasa.
Perwakilan dari anggota KKN Kelompok 21 yang terlibat dalam podcast ini yaitu Kaviel sebagai pewawancara dan juga Zulfan sebagai moderator yang merupakan mahasiswa UIN Walisongo Semarang yang sedang melakukan kegiatan KKN di wilayah Wonodri Grajen Semarang Selatan.
Ketika berbincang dengan Ibu Mirah beliau mengatakan bahwa warga Wonodri Grajen mempunyai rasa saling menghormati dan menghargai yang tinggi sehingga ibu mirah merasakan keharmonisan dan kenyamanan hidup berdampingan dengan warga yang berbeda keyakinan dengannya. Kemudian Zulfan selaku moderator memberikan pertanyaan kepada Ibu Mirah terkait Toleransi antar umat beragama disana.
"Bagaimana hubungan toleransi antar umat beragama disini menurut pendapat ibu ?" Tanya Zulfan
"walaupun didepan saya ada mushola ya mas saya tidak fanatik, ketika umat muslim sedang terawih saya masuk kedalam rumah, begitu juga ketika saya sembahyangan mereka juga menghormatinya." Ujar Ibu Mirah
Lanjut Bu Mirah" Saya itu suka sama anak kecil. Saya juga baik dengan warga sekitar, warga sekitarpun juga baik terhadap saya". Ujar Bu Mirah
Ketika beliau ditanya mengenai rumah ibadah agama Islam yang kebetulan terdapat persis di depan rumahnya beliau mengatakan tidak terganggu dan juga tidak keberatan dengan suara adzan yang dikumandangkan setiap hari bahkan Ibu Mirah sendiri ikut senang ketika anak-anak kecil disekitar rumahnya ikut menghidupkan suasana masjid seperti bermain rebana, mengaji dan kegiatan lainnya.
"Saya selalu memperhatikan kalau disitu (Mushola Al-Badriyyah) ada kegiatan kalau ada apa-apa saya selalu dukung". Â Ujar Bu Mirah
Di akhir penutupan podcast pewawancara memberikan penegasan kembali bahwa "sebagai warga Indonesia yang memliki keberagaman dalam masyarakat kita harus menanamkan sikap legowo dan toleransi dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan toleransi sendiri yaitu untuk meminimalisir dan menghindari perpecahan dan konflik antar umat beragama". Ucap Kaviel
Dalam akhir acara bincang hangat podcast ini ditutup dengan sesi foto bersama dengan ibu mirah dan seluruh anggota KKN kelompok 21.
Penulis : Dewi Sri Agustina (Anggota KKN MIT DR KE-14 UIN Walisongo Kelompok 21)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H