Mohon tunggu...
Dewi Sekarsari
Dewi Sekarsari Mohon Tunggu... Universitas Singaperbangsa Karawang

I'm writing for my portfolio. I hope you enjoy! :)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Energi Terbarukan dan Masa Depan Dunia: Temuan Penting dalam Pencapaian SDGs untuk Mengatasi Krisis Energi Global

2 Februari 2025   19:42 Diperbarui: 2 Februari 2025   19:42 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Di dunia yang semakin terhubung dan digital, keberadaan infrastruktur yang handal dan skalabel menjadi fondasi utama bagi kesuksesan operasional perusahaan teknologi. Salah satu bidang yang berkembang pesat dan sangat mengandalkan infrastruktur tersebut adalah Site Reliability Engineering (SRE).

SRE merupakan disiplin teknik yang bertujuan untuk menciptakan dan memelihara sistem yang dapat diandalkan, efisien, dan dapat berkembang seiring dengan kebutuhan bisnis. Dengan penerapan prinsip-prinsip SRE, perusahaan dapat mengurangi downtime, meningkatkan kinerja aplikasi, serta menghadirkan pengalaman pengguna yang lebih baik.  

SRE menggabungkan prinsip-prinsip rekayasa perangkat lunak dengan praktik operasional untuk meningkatkan ketersediaan, latensi, dan kapasitas sistem. Salah satu prinsip utama dalam SRE adalah penggunaan Service Level Objectives (SLOs) dan Service Level Indicators (SLIs), yang menjadi dasar dalam mengukur performa dan stabilitas sistem. Sebagai contoh, Google, yang merupakan pelopor SRE, menggunakan pendekatan ini untuk memastikan bahwa layanan mereka tetap beroperasi dengan lancar meskipun mengalami lonjakan trafik yang besar. SLOs dan SLIs membantu tim SRE untuk menentukan batasan kinerja yang dapat diterima, dan memastikan bahwa mereka dapat merespons masalah dengan cepat sebelum berdampak pada pengguna.

Google adalah salah satu perusahaan yang pertama kali memperkenalkan konsep SRE. Dengan skala operasional yang sangat besar, Google menggunakan SRE untuk mengelola infrastruktur cloud mereka, termasuk Google Cloud Platform (GCP). Tim SRE di Google bertanggung jawab untuk memastikan layanan cloud mereka selalu tersedia dan dapat diskalakan sesuai permintaan. Dalam sebuah studi kasus, tim SRE Google berhasil mengurangi downtime sistem cloud mereka hingga 99,99% dengan otomatisasi pemantauan dan pemeliharaan. Google menggunakan alat internal seperti Borg dan Kubernetes untuk memastikan bahwa setiap perubahan dalam sistem dapat dilakukan dengan risiko minimal terhadap ketersediaan layanan.

Netflix adalah contoh perusahaan yang mengadopsi SRE untuk menjaga kualitas layanan streaming mereka, yang harus tersedia 24/7 untuk jutaan pengguna di seluruh dunia. Dalam studi kasus yang dilakukan oleh Netflix, mereka menghadapi tantangan besar terkait skalabilitas dan ketahanan sistem, mengingat lonjakan permintaan yang bisa terjadi pada waktu tertentu, seperti selama peluncuran konten baru. Dengan menggunakan pendekatan SRE, Netflix mampu membangun sistem yang dapat secara otomatis menyesuaikan kapasitas sumber daya sesuai dengan permintaan. Mereka memanfaatkan chaos engineering untuk menguji ketahanan sistem mereka dengan mensimulasikan kegagalan di berbagai titik dalam infrastruktur mereka, sehingga tim SRE dapat merespons dengan lebih cepat ketika masalah nyata terjadi.

Salah satu aspek dalam SRE adalah otomatisasi. Dengan mengotomatiskan proses pemeliharaan dan pemantauan, tim SRE dapat fokus pada hal-hal yang lebih strategis dan meningkatkan efisiensi operasional secara keseluruhan. Sebagai contoh, perusahaan seperti Facebook dan Amazon Web Services (AWS) telah menggunakan otomatisasi untuk mempercepat deteksi dan perbaikan masalah dalam sistem mereka. Tim SRE di AWS menggunakan alat otomatisasi untuk memantau log dan metrik dalam real-time, yang memungkinkan mereka untuk segera merespons masalah dan meminimalisir dampak terhadap layanan. Otomatisasi memungkinkan penerapan perubahan dan pembaruan dengan risiko lebih rendah, yang penting dalam menjaga stabilitas sistem yang kompleks.

Meskipun SRE menawarkan banyak manfaat, penerapannya pada skala besar sering kali menghadirkan tantangan tersendiri. Salah satu tantangan terbesar adalah integrasi antara tim pengembangan dan operasi. Di banyak perusahaan besar, pengembangan perangkat lunak dan operasi sering kali dipisahkan, yang mengarah pada kesenjangan komunikasi dan masalah koordinasi. Studi kasus dari LinkedIn menunjukkan bagaimana mereka berhasil mengatasi tantangan ini dengan menciptakan tim SRE yang bekerja secara langsung dengan tim pengembangan untuk membangun dan memelihara infrastruktur yang lebih baik. Proses kolaborasi yang erat ini memungkinkan mereka untuk lebih cepat mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah sebelum berdampak pada pengguna.

Seiring dengan berkembangnya disiplin SRE, keterampilan yang dibutuhkan oleh seorang profesional SRE juga semakin beragam. Selain keterampilan teknis dalam manajemen sistem dan jaringan, seorang SRE juga harus memiliki kemampuan dalam pengelolaan proyek, komunikasi yang efektif, serta pemahaman yang mendalam tentang prinsip-prinsip pengembangan perangkat lunak. Di perusahaan seperti Dropbox, tim SRE bertanggung jawab atas ketersediaan system dan terlibat dalam perencanaan kapasitas dan pengembangan produk baru.

Melihat ke depan, SRE diperkirakan akan semakin berintegrasi dengan teknologi baru seperti AI, machine learning, dan edge computing. Dengan meningkatnya kompleksitas infrastruktur yang perlu dikelola, SRE akan memanfaatkan kemampuan AI untuk memprediksi dan mencegah kegagalan sebelum terjadi. Misalnya, melalui analisis data real-time, AI dapat membantu tim SRE untuk mendeteksi pola yang mungkin menunjukkan masalah sebelum masalah tersebut mempengaruhi pengguna. Selain itu, dengan berkembangnya edge computing, tantangan baru akan muncul dalam hal mengelola dan memantau infrastruktur yang tersebar di lokasi geografis yang berbeda. Ini akan menuntut para profesional SRE untuk terus beradaptasi dengan teknologi dan alat baru yang dapat membantu meningkatkan ketahanan sistem secara keseluruhan.

Site Reliability Engineering merupakan disiplin yang terus berkembang dan memainkan peran dalam menjaga ketersediaan serta efisiensi sistem yang kompleks, terutama di perusahaan teknologi besar. Dengan adopsi yang semakin luas, terutama dengan dukungan otomatisasi dan kolaborasi antara tim pengembangan dan operasi, SRE memungkinkan perusahaan untuk menghadirkan layanan yang lebih andal dan scalable.

Seiring dengan perkembangan teknologi baru, dapatkah SRE bertahan sebagai solusi utama untuk memelihara infrastruktur digital yang semakin kompleks, atau apakah akan ada pendekatan baru yang lebih efektif?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Jalan Braga Bandung, Ketika Bebas Kendaraan!

7 bulan yang lalu
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun