Mohon tunggu...
Dewi Sekarsari
Dewi Sekarsari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Singaperbangsa Karawang

I'm writing for my portfolio & my voice. I hope you enjoy! :)

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Apakah Uang Digital Akan Menggulingkan Mata Uang Konvensional?

17 Desember 2024   06:50 Diperbarui: 17 Desember 2024   06:50 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkembangan teknologi keuangan telah melahirkan fenomena uang digital seperti cryptocurrency, stablecoin, dan Central Bank Digital Currency (CBDC). Kehadirannya mengguncang sistem moneter global da memunculkan spekulasi tentang masa depan mata uang konvensional. Di satu sisi, uang digital menawarkan efisiensi dan inklusi keuangan yang lebih luas, namun di sisi lain, ada kekhawatiran tentang stabilitas ekonomi, keamanan, dan potensi ancaman terhadap otoritas moneter tradisional. Pertanyaannya kini adalah, apakah uang digital benar-benar akan menggulingkan dominasi mata uang konvensional atau justru hanya menjadi pelengkap dalam ekosistem keuangan global?

Dalam beberapa tahun terakhir, cryptocurrency telah menjadi sorotan utama di dunia keuangan. Kapitalisasi pasar global cryptocurrency yang mencapai lebih dari $2 triliun pada 2023 menunjukkan besarnya kepercayaan masyarakat terhadap teknologi blockchain sebagai sistem transaksi alternatif. Bitcoin, sebagai pelopor, telah diadopsi secara luas, baik untuk investasi maupun transaksi komersial. Lonjakan ini mencerminkan perubahan preferensi masyarakat terhadap aset digital yang lebih cepat, aman, dan tidak terikat dengan sistem perbankan tradisional. Namun, pesatnya adopsi cryptocurrency juga memunculkan pertanyaan: apakah keberhasilannya murni karena inovasi atau sekadar tren spekulatif yang sulit dipertahankan dalam jangka panjang?

Sebagai respons terhadap fenomena cryptocurrency, bank sentral di berbagai negara mulai meluncurkan Central Bank Digital Currency (CBDC). Yuan Digital di China, misalnya, kini sedang diuji coba secara masif untuk berbagai transaksi, mulai dari pembelian ritel hingga transfer antarbank. Langkah ini bertujuan untuk mengimbangi popularitas cryptocurrency juga untuk memperkuat kendali pemerintah atas sistem moneter domestik. Menurut laporan BIS, lebih dari 80% bank sentral di dunia sedang mempertimbangkan pengembangan CBDC, menunjukkan potensi besar uang digital sebagai alat transaksi yang lebih terintegrasi dalam sistem ekonomi formal. Pertanyaannya adalah, apakah CBDC akan mampu menandingi fleksibilitas cryptocurrency sekaligus mempertahankan posisi mata uang konvensional?

Seiring dengan kemajuan teknologi pembayaran digital, penggunaan uang tunai terus mengalami penurunan drastis, terutama di negara-negara maju. Di Swedia, misalnya, hanya 9% dari total transaksi ritel yang menggunakan uang tunai pada 2022, menandakan pergeseran ke arah masyarakat non-tunai. Tren ini memperlihatkan bagaimana kenyamanan dan efisiensi sistem pembayaran digital telah menggeser kebiasaan konvensional. Namun, bagi masyarakat di negara berkembang, uang tunai masih menjadi pilihan utama karena keterbatasan akses terhadap infrastruktur digital. Adopsi uang digital menghadapi tantangan signifikan untuk menjadi solusi universal yang menggantikan mata uang fisik.

Meskipun popularitas cryptocurrency terus meningkat, volatilitasnya yang ekstrem menjadi salah satu hambatan utama untuk diakui sebagai mata uang universal. Nilai Bitcoin yang pernah jatuh dari $69.000 pada 2021 ke $20.000 pada 2022 mencerminkan ketidakstabilan yang membatasi penggunaannya sebagai alat pembayaran. Ketidakpastian ini mempersulit regulasi dan menimbulkan risiko bagi investor individu maupun institusi. Dibandingkan dengan mata uang konvensional yang cenderung stabil karena dukungan bank sentral, uang digital seperti cryptocurrency masih jauh dari kata sempurna. Hal ini menimbulkan keraguan apakah uang digital benar-benar dapat menggantikan fungsi utama mata uang konvensional.

Meski masih menghadapi tantangan, pemerintah di berbagai negara mulai merumuskan regulasi untuk mengintegrasikan uang digital ke dalam sistem keuangan global. El Salvador telah menjadikan Bitcoin sebagai alat pembayaran resmi, sebuah langkah berani yang diikuti dengan pengawasan ketat terhadap penggunaannya. Uni Eropa, melalui regulasi Markets in Crypto-Assets (MiCA), berusaha menciptakan kerangka hukum yang jelas untuk aset digital, guna mendorong transparansi sekaligus melindungi konsumen. Langkah ini menunjukkan bahwa uang digital mulai mendapatkan tempat dalam sistem ekonomi formal. Namun, regulasi ini juga menjadi tantangan bagi pengadopsian massal karena sering kali berbenturan dengan prinsip desentralisasi yang diusung oleh cryptocurrency.

Munculnya uang digital seperti cryptocurrency dan CBDC telah mengubah cara pandang dunia terhadap sistem moneter. Dengan segala keunggulan yang ditawarkannya---seperti efisiensi, inklusi finansial, dan kecepatan transaksi---uang digital tampaknya menjadi inovasi yang tak terelakkan. Namun, tantangan seperti volatilitas, infrastruktur yang belum merata, dan regulasi yang masih berkembang membuat mata uang konvensional tetap memiliki peran yang signifikan dalam ekosistem keuangan.

Pertanyaannya kini adalah, apakah uang digital akan benar-benar menggantikan mata uang konvensional, atau justru keduanya akan hidup berdampingan dalam harmoni yang baru? Atau mungkin, di masa depan, kita akan melihat sistem moneter yang sepenuhnya berbeda dari apa yang kita bayangkan saat ini?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun