Selain itu, budaya penggemar yang cenderung mengidolakan selebriti tanpa kritik juga harus dipertanyakan. Penggemar sering kali membela idolanya tanpa mempedulikan bukti yang ada, yang justru memperkuat kekuasaan dan impunitas selebriti yang melakukan pelanggaran. Masyarakat harus mulai memandang selebriti dengan lebih kritis dan mempertanyakan perilaku mereka, daripada sekadar mengagumi mereka tanpa syarat.
Kasus ini juga menyoroti kelemahan dalam sistem hukum yang sering kali lambat dalam menanggapi kasus pelecehan seksual, terutama ketika pelakunya adalah tokoh berpengaruh. Banyak korban kekerasan seksual menghadapi hambatan besar dalam mencari keadilan, baik itu karena kurangnya bukti yang kuat atau karena kekhawatiran akan pembalasan dari pelaku yang berkuasa. Oleh karena itu, perlu adanya reformasi hukum yang memastikan bahwa korban kekerasan seksual, tanpa memandang status sosial mereka atau status pelaku, dapat mendapatkan akses yang setara terhadap keadilan.
Penguatan perlindungan hukum bagi korban pelecehan seksual juga harus diiringi dengan peningkatan kesadaran publik mengenai pentingnya melaporkan pelecehan dan mendukung korban. Ini termasuk memastikan bahwa institusi yang berhubungan dengan kasus-kasus pelecehan seksual, seperti polisi, rumah sakit, dan layanan konseling, dapat berfungsi secara efektif dan responsif terhadap kebutuhan korban.
Kasus P. Diddy adalah pengingat pahit tentang bagaimana kekuasaan dan pengaruh dapat disalahgunakan untuk melakukan tindakan keji seperti pelecehan dan kekerasan seksual. Kasus ini menyoroti banyak masalah serius dalam industri hiburan, sistem hukum, dan masyarakat secara keseluruhan. Dengan korban yang berasal dari berbagai latar belakang, termasuk lintas gender dan usia, kasus ini menunjukkan bahwa kekerasan seksual adalah masalah yang sangat luas dan berakar pada ketidaksetaraan kekuasaan.
Sementara tuduhan ini masih harus diproses melalui jalur hukum, penting bagi masyarakat untuk bersikap kritis dan mendukung korban dalam mencari keadilan. Skandal seperti ini juga menjadi peluang untuk merenungkan dan memperkuat upaya kolektif dalam melawan pelecehan dan kekerasan seksual di semua tingkatan, baik itu dalam dunia hiburan, tempat kerja, atau di ranah publik lainnya. Akuntabilitas harus ditegakkan, dan keadilan harus diperoleh tanpa pandang bulu, agar kita bisa melindungi korban dan mencegah pelanggaran semacam ini terjadi lagi di masa depan.
     Mata Kuliah: PatalogiÂ
    Disusun Oleh: Kelompok 3
Elsy Mawaddah 06151182227015
Yola Ananda 06151182227037
Hera Marwiyanti 06151282227027
Rahmia Syafitri 06151282227031