Mohon tunggu...
Dewi Sartika
Dewi Sartika Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Sriwijaya

Saya adalah mahasiswa aktif Universitas Sriwijaya dari program studi pendidikan masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Opini Tentang Kurangnya Peran Keluarga Besar Sehingga Anak Melakukan Penyimpangan Seks, Studi Kasus: Guru dan Siswa di Gorontalo

29 September 2024   11:44 Diperbarui: 30 September 2024   14:03 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kasus hubungan terlarang antara guru dan siswa di Gorontalo baru-baru ini menjadi sorotan dan memicu keprihatinan publik. Di balik kasus ini, terbersit pertanyaan mendalam tentang peran keluarga besar dalam membentuk karakter dan moral generasi muda. 

Peran keluarga besar, yang dulunya menjadi pondasi kuat dalam masyarakat Indonesia, kini tampak memudar.  Kurangnya komunikasi dan interaksi antar anggota keluarga, serta sifat cuek antar anggota keluarga membuat anak-anak rentan terhadap pengaruh negatif dari luar. 

Dalam kasus di Gorontalo,  terjadi akibat kekurangan pengawasan dan bimbingan dari keluarga besar diduga menjadi salah satu faktor yang memungkinkan terjadinya penyimpangan seksual.  Anak-anak yang kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari keluarga besar cenderung mencari pengakuan dan perhatian dari orang lain, termasuk dari sosok yang seharusnya menjadi panutan, seperti guru tapi tanpa di sadari anak-anak mungkin lebih mudah terpengaruh oleh perilaku guru yang tidak pantas. Selain itu, kurangnya komunikasi dan interaksi dalam keluarga besar dapat membuat anak-anak merasa kesepian dan mencari perhatian di tempat lain, termasuk dari orang dewasa yang tidak seharusnya.

Kurangnya pemahaman tentang norma dan etika seksual dalam keluarga besar juga dapat menjadi faktor pemicu.  Anak-anak yang tidak mendapatkan edukasi seksual yang tepat dari orang tua dan keluarga besar,  cenderung mudah terpengaruh oleh informasi yang salah dan perilaku yang tidak pantas.

Untuk mencegah terulangnya kasus serupa,  peran keluarga besar harus kembali dihidupkan.  Komunikasi yang terbuka dan hangat antar anggota keluarga,  serta pengawasan dan bimbingan yang tepat,  sangat penting untuk membentuk karakter dan moral anak-anak.  Keluarga besar juga perlu berperan aktif dalam memberikan edukasi seksual yang tepat dan membangun lingkungan yang aman dan nyaman bagi anak-anak.

Selain itu,  peran sekolah dan masyarakat juga penting dalam mencegah penyimpangan seksual ini. Sekolah perlu memberikan pendidikan karakter dan etika yang kuat,  serta membangun sistem pengawasan yang ketat. Perlu dilakukan juga upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya peran keluarga besar dalam mencegah penyimpangan seksual. Pendidikan dan sosialisasi tentang nilai-nilai moral dan etika seksual perlu diberikan kepada anak-anak sejak dini, baik di lingkungan keluarga maupun sekolah.

Kasus Gorontalo menjadi pengingat penting bagi kita semua tentang perlunya peran keluarga besar dalam membentuk generasi muda yang berakhlak mulia.  Dengan kembali menghidupkan nilai-nilai luhur keluarga besar,  kita dapat menciptakan lingkungan yang aman dan kondusif bagi anak-anak untuk tumbuh dan berkembang menjadi generasi penerus bangsa yang berakhlak mulia dan bertanggung jawab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun