Mohon tunggu...
dewi rohmatul ummah
dewi rohmatul ummah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Seorang mahasiswa program studi Tadris Biologi, memiliki hobi menulis dan membaca, menyukai minuman dengan rasa kopi ,serta menyukai makanan yang manis.Selalu suka dengan hal-hal yang indah, apalagi keindahan alam karta tuhan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengusut Jejak Sejarah Al- Qur'an dan Aktualisasinya di Kehidupan Masa Kini

29 Oktober 2024   20:20 Diperbarui: 29 Oktober 2024   20:21 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

A. Sejarah Awal Mula Turunnya Al- Qur'an

     Sejarah awal mula turunnya Al-Qur'an adalah pada malam ke-17 Ramadan tahun 610 Masehi, ketika Nabi Muhammad SAW berusia 40 tahun. Peristiwa ini terjadi di Gua Hira, yang terletak di sebelah utara Mekkah, Arab Saudi. Pada malam tersebut, Malaikat Jibril datang kepada Nabi Muhammad SAW dan memberikan wahyu pertama, yaitu surat Al-Alaq ayat 1-5. Turunnya wahyu ini menandai diangkatnya Nabi Muhammad SAW menjadi seorang nabi dan rasul. Peristiwa turunnya Al-Qur'an kepada Nabi Muhammad SAW disebut Nuzulul Qur'an. Kata Nuzulul berarti menurunkan sesuatu dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Penurunan Al-Qur'an dibagi menjadi dua periode, yaitu Mekkah dan Madinah. Ayat-ayat yang diturunkan di Mekkah umumnya berisi tentang akidah dan tauhid , sedangkan ayat-ayat yang diturunkan di Madinah umumnya berkaitan dengan muamalat, syariat, dan hukum Islam. Pencatatan Al-Qur'an dalam bentuk teks dimulai sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Pembukuan Al-Qur'an dilakukan pada masa Khalifah Abu Bakr dan selesai pada masa Khalifah Utsman bin Affan.

B. Proses Pengumpulan dan Pemeliharaan Al-Qur'an

     Subhi as-shalih menjelaskan bahwa Pengumpulan atau penghimpunan al qur'an (jam'ul qur'an) mempunyai dua pengertian, kedua-duanya disebut dalam kalam Allah, dalam surah Al Qiyamah 17 yang artinya:"Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penghimpunannya (di dalam dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya". Pertama, menurut Ulama kata penghimpunan atau "hifzuhu" berarti menghafalkanya dalam hati. Jumma'ul Qur'an artinya "huffazuhu" yang berarti, orang yang menghafalkannya di dalam hati.Inilah makna yang dimaksudkan dalam firman Allah kepada Nabi. Nabi senantiasa menggerak- menggerakkan kedua bibir dan lidahnya untuk membaca Al- Qur'an ketika qur'an itu turun kepadanya. Kedua, pegumpulan dalam arti kitabatuhu kullihi (penulisan Qur'an semuanya) yang memisahkan masing-masing ayat dan surah atau mengatur susunan semua ayat dan surah di dalam beberapa shahifah yang kemudian disatukan sehingga menjadi suatu koleksi yang merangkum semua surah yang sebelumnya telah disusun satu demi satu. Sejak awal pewahyuan Al-Qur'an hingga menjadi sebuah mushaf, telah melalui proses yang panjang. Mulai dari Ayat pertama sampai ayat terakhir, benar-benar terjaga kemurniaanya.

      Al-Qur'an yang diterima Nabi Muhammad pada faktanya dipelihara dari kemusnahan dengan dua cara yaitu menyimpannya ke dalam dada manusia atau menghafalkannya, dan merekamnya secara tertulis di atas berbagai jenis bahan untuk menulis. Jadi, pada masa Nabi Tradisi hafalan yang kuat di kalangan masyarakat Arab telah memungkinkan terpeliharanya al-Quran. lalu menyampaikannya kepada para pengikutnya, untuk menghafalkannya. Sejumlah hadits menjelaskan berbagai upaya Nabi dalam merangsang penghafalan Al-Qur'an, Salah satu di antaranya adalah hadist yang diriwayatkan oleh subhi asshalih. Rasulullah pernah bersabda: "Yang terbaik di antara kamu adalah mereka yang mempelajari al-Quran dan kemudian mengajarkannya." 

     Nama sahabat Nabi Yang terkenal pandai mengajarkan bacaan alquran Ubay ibn Ka'ab, Mu'adz ibn Jabal, Zayd ibn Tsabit, Ali ibn Abi Thalib, usman bin affan, abdullah bin mas'ud, abu durba, dan abu musa al-ansyari.. Al-Suyuthi, dalam al- Itqn, menyebutkan lebih dari 20 nama sahabat yang terkenal sebagai penghafal Quran.Pada saat itu, timbul permasalahan yaitu apakah tiap-tiap pengumpul al-Quran itu menyimpan dalam ingatannya keseluruhan isi Al-Qur'an yang diterima Nabi Muhammad atau hanya sebagian besar darinya. Jika dilihat dari peran tulisan ketika itu, dapat dikemukakan bahwa penghafal al-Quran merupakan tujuan utama yang terpenting sepanjang sejarah Islam. Jadi, dapat dipastikan bahwa tidak ada satu pun unit wahyu yang tidak tersimpan dalam ingatan para pengumpul al- Quran ketika itu. Ketika Rasulullah SAW wafat ummatnya tidak lagi mengalami kekurangan orang yang ahli baca tulis. Alat tulis dan media tulis ketika itu memang masih sulit, tetapi mereka memanfaatkan apa yang ada dimasa itu. Seperti lempengan batu, tulang binatang, kulit kayu, dan sebagainya. Selain media tulis yang lazim ketika itu seperti kulit binatang atau kertas. Rasulullah SAW menunjuk beberapa sahabat sebagai sekretaris khusus untuk penulisan Quran, Nabi memberi petunjuk untuk menulis ayat yang turun dengan menyebutkan posisi penulisannya, misalnya dengan redaksi.

Pengumpulan dan pemeliharaan al-quran pada masa khulafaurrasyidin terbagi menjadi 2 fase yaitu :

1. Saat Pemimpinan Abu Bakar As-Shiddiq

    Abu Bakar As-Shiddiq menyuruh mengumpulkan Al-Qur'an karena adanya kebutuhan untuk menjaga keotentikannya dan memastikan Al-Qur'an tetap utuh setelah Nabi Muhammad SAW meninggal. Hal ini dikarenakan banyaknya penghafal Al-Qur'an yang gugur dalam perang yamamah,lalu kekhawatiran akan punahnya Al-Qur'an dan catatan Al-Qur'an yang tersebar di berbagai tempat, seperti kulit binatang, tulang, dan pelepah kurma . Untuk mengumpulkan Al-Qur'an, Abu Bakar mengutus Zaid bin Tsabit untuk menuliskan kembali Al-Qur'an pada lembaran-lembaran yang kemudian disatukan menjadi satu mushaf. Mushaf Al-Qur'an pertama disimpan oleh Abu Bakar hingga wafat, kemudian berpindah ke Umar bin Khattab, dan akhirnya ke Hafshah, putri Umar bin Khattab.

2. Saat Pemimpinan Utsman Bin Affan

    Pengumpulan Al-Qur'an pada masa Utsman bin Affan dilakukan dengan membentuk tim yang beranggotakan 12 orang. Tim ini diketuai oleh Zaid bin Tsabit, dan juga beranggotakan Said bin Al-As dan Abdurrahman bin Al-Harits. Proses pengumpulan Al-Qur'an pada masa Utsman bin Affan dilakukan dengan tujuan menjaga kesatuan umat Islam, dan melindungi Al-Qur'an. Hasil dari proses pengumpulan Al-Qur'an pada masa Utsman bin Affan adalah beberapa mushaf Al-Qur'an yang dikenal dengan sebutan Mushaf Utsmani atau Al-Imam. Mushaf ini merupakan fase ketiga dalam sejarah kodifikasi Al-Qur'an. Beberapa hal yang dilakukan Utsman bin Affan dalam proses pengumpulan Al-Qur'an, yaitu: Meminjam mushaf Al-Qur'an dari Hafshah binti Umar, putri Umar bin Khattab , menyuruh menyalin empat mushaf dari naskah pertama yang disebut naskah al-Iman , mengirimkan salah satu mushaf ke Mekah, Kufah, Basrah, dan Sam (Siria) , Memerintahkan penghancuran segala sesuatu yang bertentangan dengan Al-Qur'an .Proses kodifikasi Al-Qur'an pada masa Utsman bin Affan juga melahirkan Ilmu Rasm Al Quran atau Ilmu Rasmi Al-Utsmani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun