Mohon tunggu...
Dew
Dew Mohon Tunggu... Lainnya - Orang biasa.

Halo!

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Karyawan Betah, Usaha Lancar

18 November 2024   15:55 Diperbarui: 18 November 2024   15:57 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Freepik 

***

Dalam usaha, kata cuan sudah pasti menjadi tujuan setiap pelaku usaha, baik sebagai pemilik maupun sebagai karyawan. Hal tersebut seringkali melatarbelakangi adanya pengusaha yang semena-mena terhadap karyawan, dalihnya “kamu kan dibayar.

Sementara dari sisi karyawan, biasanya pasrah-pasrah saja, “yang penting dibayar.” Padahal semestinya hubungan pengusaha dan karyawan tidak sebatas itu.

Berkenaan dengan itu, tak jarang kita menemui pengusaha yang sering mengganti-ganti karyawan. Begitu merasa tidak cocok, ia tak segan segera mengganti dengan karyawan baru. Ada yang memecat dengan tiba-tiba, ada pula yang menggunakan trik.

Semisal, dengan meliburkan karyawannya beberapa hari, namun tak diberi kabar lanjutan. Hal ini dilakukan karena merasa tidak cocok, atau bahkan untuk menghindari kewajiban menggaji karyawan.

Dengan gaji yang tak sampai UMR, jam kerja berlebihan, beban kerja berlapis, serta harus mampu menyenangkan hati pemilik usaha, karyawan masih harus menerima makian dan ancaman dari yang bersangkutan apabila suasana hatinya sedang buruk.

Alhasil, karyawan silih berganti tak bertahan lama.

Padahal, jika kembali pada kata cuan, merekrut karyawan berulang-ulang justru mengurangi efisiensi. Jika dalam beberapa minggu atau bulan harus mengarahkan karyawan lagi dan lagi, hal tersebut akan memakan banyak waktu untuk penyesuaian karyawan baru. Bayangkan jika dalam 3 bulan karyawan harus berganti sebanyak 3 kali, maka selama 3 bulan itu akan terus menjadi masa penyesuaian, akibatnya proses usaha berjalan lambat.

Hal ini akan berdampak signifikan terutama pada usaha yang baru berada di awal tahap berkembang.

Di lain kasus, ada pula pengusaha yang kurang mendengarkan karyawan. Ia mengambil keputusan berdasarkan suasana hati. Namun ketika keputusannya berdampak buruk, barulah ia bertanya-tanya mengapa karyawannya tak mengingatkan.

Lain pula dengan pengusaha yang oportunis, namun terlampau positif melihat peluang di depan mata. Setiap peluang ia ambil, padahal belum memiliki gambaran akan dibawa kemana, serta tak mempertimbangkan keterbatasan sumber daya yang dimiliki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun