Modal awal dalam berinvestasi bisa beragam, tergantung jenis investasinya. Sementara itu, modal awal dalam pernikahan adalah individu dan keyakinannya, disertai kesiapan mental untuk menjadi pasangan seumur hidup bagi individu lain dengan segala konsekuensinya.
Menyadari bahwa pernikahan bukan hanya untuk memperoleh kebaikan yang diharapkan, serta memahami ada peran yang harus dilakukan untuk mewujudkan kebaikan-kebaikan tersebut adalah modal awal yang nantinya menjadi fondasi dari ikatan.
Kalau sewaktu-waktu di tengah perjalanan modalnya mau ditambah, tentu sangat boleh, dengan begitu fondasi bisa semakin kokoh.
Pengetahuan Dasar
Sebagaimana kita mencari tahu kiat-kiat investasi, kiat-kiat pernikahan juga perlu digali. Bisa dari orang terdekat, internet, buku, dan sebagainya.
Sehari-hari kita bersinggungan dengan bermacam pernikahan dan rumah tangga, cerita tentang pernikahan juga sering kita dengar dari orang terdekat. Kalau ada satu ilmu yang teramat penting dalam kacamata pribadi, ilmu tersebut adalah komunikasi.
Pengendalian Diri
Berinvestasi berarti mempercayakan dana yang kita miliki untuk dikelola entitas bisnis dengan proyeksi positif di masa depan serta perkiraan risiko yang mungkin terjadi.
Karena proyeksinya untuk masa mendatang, tiga, empat, lima, atau bahkan sepuluh tahun lagi, maka angka positifnya belum siap di tangan, masih ada kemungkinan merugi. Oleh karenanya, rasa khawatir bertemu angka negatif di kemudian hari bisa terjadi. Rasanya siapapun orangnya, berapapun nominalnya, kalau rugi tetap saja bisa kecewa.
Belum lagi kalau ikut mengamati berbagai ketidak pastian yang lain, semisal regulasi yang bisa berubah sewaktu-waktu, kondisi sektor industri, kondisi sosial ekonomi secara global, dan sebagainya. Dengan berbagai ketidak pastian tersebut, pasar kadang riuh dan muncul isu-isu lain yang menyertai, meskipun kadang belum tentu benar.
Faktor-faktor tersebut, baik negatif maupun positif keduanya bisa memicu untuk segera ambil tindakan, entah itu menambah investasi atau menjual.
Kalau isunya baik, mungkin tindakannya adalah menambah investasi, sebaliknya kalau isunya negatif, tanpa pikir panjang menjual kepemilikan, meski kerugiannya cukup dalam. Padahal belum memastikan isunya benar ataukah salah. Lalu sebulan kemudian menyesal karena harga melambung kembali.
Situasi yang tidak biasa dengan emosi yang terpengaruh, terkadang bisa menuntun untuk mengambil keputusan yang tidak tepat.