Tragedi mengenaskan terjadi pada Sabtu, 1 Oktober 2022 lalu. Â Salah satu insiden terbesar dalam dunia sepak bola terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur.
Pertandingan antara Arema FC dengan Persebaya Surabaya kemarin menyisakan tragedi yang mengenaskan dalam sejarah sepak bola di Indonesia. Pertandingan ini selesai dengan skor 2-3 oleh persebaya, ribuan suporter Arema FC kemudian segera terjun ke lapangan karena kekalahan tim mereka. Mengutip dari Irjen Nico Afinta, Kapolda Jawa Timur, tujuan para suporter Arema turun ke lapangan awalnya hanya untuk mencari pihak management dan menanyakan terkait alasan kekalahan tim kesayangan mereka.
Namun, karena banyaknya suporter yang ikut turun ke lapangan, petugas keamanan mulai berusaha untuk menghalau arus para suporter yang ikut turun, sehingga terpaksa gas air mata ditembakkan. Setelah gas air mata ditembakkan, seluruh penonton yang ada dalam tribun langsung panik dan mencoba untuk keluar dari stadion dari satu titik di area pertandingan. Gas air mata yang ditembak itupun membuat para penonton panik, berlarian, serta terinjak-injak. Adanya penumpukan suporter membuat mereka sulit untuk bernapas dan sesak.Â
Sejauh ini, ada sekitar 182 korban jiwa dan 2 di antaranya merupakan polisi dari insiden tersebut. Korban terverifikasi sebanyak 448 orang, 32 anak dinyatakan meninggal termasuk balita berumur 3 tahun. Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia, Muhadjir Effendy, menyatakan ada 448 orang yang sudah terverifikasi sebagai korban. 302 orang mengalami luka ringan, 21 orang dengan luka berat, dan terkonfirmasi ada 125 orang yang meninggal dunia.
Tragedi nahas ini menjadi berita duka bagi masyarakat Indonesia dan dunia sepak bola, terutama keluarga para korban. Tragedi ini membuat Kapolri pun mencabut jabatan Kapolri Malang, AKBP Ferli Hidayat disertai 9 komando Brimob Polda Jawa Timur.
Para keluarga korban pun tidak hanya berdiam diri, mereka sedang menyiapkan gugatan ke polisi dan PT LIB, sejauh ini sudah ada 15 keluarga yang sedang menyiapkannya menurut Peradi Rumah Bersama Advokad. Hal ini terpicu karena adanya ungkapan dari polisi yang terus mengatakan bahwa penembakan gas air mata telah sesuai dengan prosedur.
- Respon Presiden dan FIFA
Dalam kasus ini, Jokowi sebagai orang nomor satu di Indonesia tidak diam saja. Mahfud MD mengyatakan bahwa Presiden Jokowi akan memberikan santunan untuk setiap keluarga korban yang meninggal dunia sebesar Rp50 juta. Beliau juga telah menjalin kerjasama bersama pihak FIFA untuk pembenahan sistem sepak bola di Indonesia. Â
FIFA mendeklarasikan 'dark day' dan mengibarkan bendera setengah tiang.
FIFA menyampaikan belasungkawa yang terdalam atas tragedi di sepak bola ini. Presiden FIFA Gianni Infantino juga mengeluarkan pernyataan.
"Hari ini adalah hari yang gelap dan tragedi yang tak terbayangkan bagi semua orang yang terlibat dalam sepak bola. FIFA juga mengibarkan bendera setengah tiang di markasnya.
"Untuk menghormati mereka yang kehilangan nyawa, semua bendera asosiasi dan konfederasi anggota FIFA telah dikibarkan setengah tiang di markas FIFA," kata pernyataan itu.
- Kejanggalan Tragedi
Tragedi Kanjuruhan ini menjadi sorotan dunia, juga mengingatkan dunia pada insiden yang serupa yang terjadi di Peru pada 1964 lalu. Bukan hanya karena korban yang mencapai ratusan, namun juga adanya keterlibatan tembakan gas air mata dari aparat keamanan. Hal ini menuai banyak kejanggalan di kalangan opini publik. Mulai dari penembakan gas air mata, adanya pintu stadion yang tertutup, dari 14 pintu stadion hanya ada 2 pintu yang terbuka. Hal janggal lainnya juga yaitu adanya kapasitas penonton yang berlebih, serta 42 botol miras yang masih tersegel.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H