Mohon tunggu...
dewi ramadhanti
dewi ramadhanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Undergraduate Public Health Student at Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Peran Tenaga Kesehatan Masyarakat dalam Menghadapi Tantangan Demam Berdarah di Indonesia

17 September 2024   18:41 Diperbarui: 17 September 2024   18:44 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Demam berdarah adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Pada umumnya, orang yang terkena demam berdarah akan mengalami demam tinggi secara tiba-tiba dengan suhu mencapai di atas 38 derajat celcius. Keadaan tersebut akan terjadi secara terus-menerus selama 2-7 hari, setelah itu akan mengalami penurunan drastis. Selanjutnya, terdapat beberapa gejala demam berdarah lainnya, seperti sakit kepala, mual dan muntah, nyeri di belakang mata, tulang, dan otot, muncul bercak kemerahan pada kulit, dan kelelahan. Jika mengalami mimisan, gusi berdarah, muntah darah, BAB berwarna hitam, maka semua itu merupakan gejala lanjutan yang menandakan bahwa virus telah menular ke seluruh tubuh. 

Pada 2023 dan awal 2024, kasus demam berdarah telah mampu diturunkan sekitar 35%. Menurut data kementerian kesehatan per 28 April 2024, tercatat bahwa sebanyak 88.593 terjadi kasus demam berdarah dan 621 orang meninggal dunia di Indonesia. Namun, pada minggu ke-22 tahun 2024, kasus demam berdarah kembali mengalami peningkatan hingga 119.709 kasus, dimana jumlah kasus tersebut lebih tinggi dibandingkan pada tahun 2023 yang hanya mencapai 114.720 kasus. Sedangkan, untuk jumlah kasus kematian yang disebabkan oleh demam berdarah mengalami penurunan pada minggu ke-22 tahun 2024, yaitu hanya 777 kasus kematian. Angka ini lebih rendah daripada di tahun 2023 yang mencapai 894 kasus kematian. 

Kasus demam berdarah ini telah menjadi tantangan tersendiri bagi Indonesia. Yang pertama adalah pemerintah harus segera meningkatkan surveilans dan penyaluran alat, deteksi, dan tes cepat ke fasilitas kesehatan dasar. Karena demam berdarah memiliki dampak yang parah jika penanganannya dilakukan terlambat. Kedua, karena kurang lebih 50% kasus demam berdarah tidak bergejala, maka dibutuhkannya suatu sistem yang dapat mendeteksi penyakit demam berdarah, baik yang disebabkan oleh gigitan nyamuk, lingkungan, ataupun perubahan iklim. Yang ketiga adalah memberikan vaksin demam berdarah untuk mengurangi risiko komplikasi. Serta hal yang terakhir adalah masih sulitnya keikutsertaan masyarakat dalam menjaga kebersihan diri dan lingkungan agar terbebas dari dengeu. Berbagai pengimbauan pemerintah mulai dari PSN, 3M plus, dan sebagainya pun masih terabaikan hingga masyarakat menganggap aman kasus demam berdarah selagi tidak terjadi ledakan kasus. 

Tidak hanya dokter, peran tenaga kesehatan masyarakat juga sangat diperlukan untuk menanggulangi kasus demam berdarah. Melalui pendekatan promotif dan preventif yang dilakukan tenaga kesehatan masyarakat tersebut merupakan cara yang efektif dan efisien untuk mengendalikan penyakit demam berdarah. Peran-peran tersebut antara lain, yang pertama adalah melakukan kegiatan surveilans penyakit demam berdarah untuk mendapatkan informasi demi mengendalikan demam berdarah dengan pencegahan yang tepat. Yang kedua, melakukan penelitian epidemiologi penyakit demam berdarah. Hal ini dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan demam berdarah serta membuat rencana pencegahannya berdasarkan data dan hasil penelitian. Serta yang terakhir, mengedukasi upaya-upaya mencegah demam berdarah, seperti program 3M, yaitu Menguras bak mandi, Menutup tempat penampungan air, dan Memanfaatkan kembali limbah barang bekas, menanam tanaman yang dapat menangkal nyamuk, dan lain sebagainya.

Demam berdarah adalah penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti. Dari tahun ke tahun penyakit ini selalu mengusik masyarakat Indonesia, sehingga pemerintah harus memberikan perhatian dan penanggulangan lebih untuk masalah kesehatan ini. Serta, diperlukannya peran tenaga kesehatan masyarakat untuk mengendalikan terjadinya demam berdarah. Karena mencegah lebih baik daripada mengobati, sehingga dengan melalui pendekatan promotif dan preventif yang dilakukan tenaga kesehatan masyarakat akan membantu masyarakat lebih waspada dan tidak menganggap remeh penyakit demam berdarah.

KATA KUNCI : Demam, Nyamuk, Penyakit.

DAFTAR PUSTAKA

Rokom. 2024. Waspada DBD di Musim Kemarau. https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20240616/0045767/waspada-dbd-di-musim-kemarau/ [online]. (diakses tanggal 7 September 2024).

Tim Redaksi Mediakom. 2024. Ketika Demam Berdarah Kembali Merebak. https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/blog/20240605/0545670/ketika-demam-berdarah-kembali-merebak/ [online]. (diakses tanggal 8 September 2024).

Universitas Ciputra. 2022. Mengurai Peran Kesehatan Masyarakat dalam Pembentukan Masyarakat Sehat. https://www.ciputra.ac.id/fk/mengurai-peran-kesehatan-masyarakat-dalam-pembentukan-masyarakat-sehat/ [online]. (diakses tanggal 8 September 2024).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun