Mohon tunggu...
Dewi Rahma
Dewi Rahma Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Tentang penugasan:)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

H. Agus Salim: Diplomat Cerdas dengan Gaya Hidup Sederhana

27 September 2024   18:40 Diperbarui: 17 Oktober 2024   16:47 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

H. Agus Salim merupakan salah satu tokoh penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Dikenal sebagai diplomat terampil, pembicara berbakat, dan pemimpin berintegritas tinggi, H. Agus Salim berperan penting dalam kegiatan diplomasi internasional Indonesia. Meskipun demikian, di luar peran utamanya dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, kesederhanaan dan kecerdasannya yang luar biasa membuatnya unik dan dihormati banyak orang.


Ia lahir pada tanggal 8 Oktober 1884 di Kota Gadang, Bukittinggi, Sumatera Barat dari pasangan Sutan Muhammad Salim dan Siti Zaenab. H. Agus Salim memulai pendidikannya di Europeesche Lagere School (ELS) di Riau dan lulus pada tahun 1898. Setelah itu, ia bergabung dengan Hogere Burgerschool (HBS) di Jakarta dan menyelesaikan sekolahnya pada tahun 1903. H. Agus Salim lahir pada tanggal 8 Oktober 1884 di Kota Gadang, Bukittinggi, Sumatera Barat. Ayahnya bernama Sutan Muhammad Salim, dan ibunya Siti Zaenab. H. Agus Salim mulai menempuh pendidikan di Europeesche Lagere School (ELS) atau sekolah dasar Eropa di Riau dan tamat pada tahun 1898. Ia kemudian melanjutkan ke Hogere Burgerschool (HBS) atau sekolah menengah atas di Jakarta yang ditamatkannya pada tahun 1903. Setelah menyelesaikan pendidikanny, ia bekerja sebagai penerjemah, kemudian menjadi pembantu notaris di Riau. Meskipun tidak pernah menempuh pendidikan formal di luar negeri, ia berhasil menguasai tujuh bahasa asing, kemampuan yang sangat berguna baginya dalam karier diplomatiknya.1

Peran Agus Salim dalam dunia diplomasi sangatt bermanfat bagi perjuangan Indonesia untuk meraih kemerdekaan di tingkat internasional. Ia terlibat dalam berbagai konferensi internasional, termasuk di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 12 Agustus 1947, menjadi delegasi Indonesia dalam Perundingan Renville antara 8 Desember 1947 hingga 17 Januari 1948, dan berpartisipasi dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) di di Belanda pada 23 Agustus 1949. Dalam setiap pertemuan, H. Agus Salim selalu memiliki cara untuk menyelesaikan perbedaan pendapat dengan argumen yang sangat kuat dan diplomatis.

Salah satu kontribusi besar H. Agus Salim adalah dalam perumusan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Sebagai anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), Agus Salim aktif terlibat dalam diskusi yang membahas dasar negara. Agus Salim mengusulkan agar Pancasila diartikan sebagai falsafah hidup yang mencerminkan kepribadian bangsa dan mampu menyatukan berbagai suku dan agama di Indonesia. Agus Salim menjadi salah satu tokoh yang memperdebatkan butir pertama dasar negara yang berbunyi, "ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya." Setelah melalui serangkaian perdebatan di antara sejumlah tokoh, butir pertama dasar negara kemudian diganti menjadi "Ketuhanan Yang Maha Esa", demi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia 2.

Sikap inklusif 3 dan humanis 4 Agus Salim sangat membantu dalam mencapai kesepakatan mengenai Pancasila yang dapat diterima oleh seluruh elemen masyarakat Indonesia. Melalui argumentasi yang kuat dan kemampuan komunikasinya yang handal, Agus Salim berhasil menjembatani perbedaan pendapat di antara para pendiri bangsa, sehingga tercapai kesepakatan mengenai dasar negara yang kemudian dikenal sebagai Pancasila.

Meski H. Agus Salim pernah menduduki jabatan penting di pemerintahan, gaya hidupnya tetaplah sederhana. Ia dan keluarganya tinggal di rumah kecil yang tidak bisa disebut mewah. Sikap ini menonjol dibandingkan dengan pejabat lain pada masa itu. Kesederhanaan tersebut mencerminkan karakter Agus Salim yang rendah hati dan lebih mementingkan pengabdian kepada negara dibanding urusan duniawi.

Di luar kemampunnya sebagai diplomat, Agus Salim juga pandai berbicara. Kemampuannya berbicara di depan umum dengan cara yang menarik dan mudah dipahami membuat banyak orang tertarik. Ia kerap menyampaikan pandangannya melalui artikel dan tulisan di media massa, salah satunya adalah Jejak Langkah Haji Agus Salim (Kumpulan karya Agus Salim yang dikompilasi koleganya, Oktober 1954).

Sebagai seorang intelektual, ia memadukan wawasan yang luas dan pemikiran yang mendalam untuk memberikan solusi atas permasalahan sosial. H. Agus Salim meninggal dunia pada tanggal 4 November 1954, tetapi pengaruhnya terhadap bangsa Indonesia tetap hidup. Ia tidak hanya meninggalkan jejak sebagai diplomat dan pejuang kemerdekaan, tetapi juga sebagai teladan kesederhanaan dan integritas. Dengan kontribusinya yang luar biasa, H. Agus Salim dianggap sebagai salah satu pahlawan nasional Indonesia yang paling dihormati hingga hari ini.

Kutipan dan Referensi:

1 Muhammad Iqbal. Agus Salim. Ensiklopedia. Diakses pada 7 Oktober 2024 dari  https://esi.kemdikbud.go.id/wiki/Agus_Salim

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun