"Ayoo, Rasi--kita berjalan menyusuri pantai!" Seru Bintang sambil menarik tanganku.
Aku dan Bintang lalu berlari-lari kecil menuju tepian pantai. Kebahagiaanku saat itu tidak terlukiskan. Bukankah kita adalah pasangan serasi. Aku Rasi dan dia Bintang, yang berjodoh di angkasa. Bertemu di pantai Karang Hawu-Pelabuhan Ratu.
"Bintang--jangan tinggalkan aku lagi, ya." Aku berkata penuh harap, sambil menatap kedua bola mata coklatnya.
Bintang tersenyum, "Ikutlah denganku, Rasi," Bintang berkata sambil menangkupkan kedua tangannya ke wajahku. Aku mengangguk, Bintang memelukku.
"Ayo kita berenang, Rasi--sebelum air laut pasang!" Bintang lalu menarik tanganku, aku dapat merasakan ombak kecil membelai jemari kakiku. Kami bergandengan masuk di kedalaman air laut. Kami bermain air, saling bercipratan. Tertawa-tawa bahagia. Hingga tanpa sadar kedalaman air laut sudah sampai sebatas dada.
Kemudian sayup-sayup terdengar orang berteriak dari arah tepian pantai, "Rassiiiii...Rassiiii...!!" Ibuku ternyata menyusulku ke pantai ini. Aku dan Bintang lalu saling berpandangan. Perlahan kami berjalan mendekati Ibu, yang masih berteriak-teriak memanggil namaku.
Ibuku tampak marah karena mendapati aku telah berbohong. Aku kemudian dicecar dengan berbagai macam pertanyaan. Lalu Ibu mengusir Bintang begitu saja. Ya, Ibu mengusir Bintang, kekasihku. Bintang dengan wajah sedih lalu meninggalkan aku dan Ibu. Betapa sakitnya hatiku.
"Ibuuu, jangan marah sama Bintang, Bu--kumohon, Bu--biarkan Bintang bersamaku ... Bintang jangan pergi lagi, Bintangg!!"
Dadaku berdegub, aku terbangun dari tidur di kursi pantai. Astaga, rupanya aku tadi bermimpi tentang Bintang. Sayup sayup terdengar suara adzan maghrib berkumandang. Aku lalu memutuskan untuk kembali ke hotel tempatku menginap.
               ____
Keesokan harinya, aku terbangun karena dering telepon dari ponselku yang terus menerus berbunyi. Ibu meneleponku berulang kali.