Ezra membantu membawakan barang-barang ayahnya, dalam sebuah koper besar. Pak Cakra, lelaki berusia 78 tahun itu--telah memutuskan untuk tinggal di panti jompo.
   "Ayah, semoga betah tinggal di panti ini, ya." Ezra memeluk ayahnya, kemudian tak lama dia pamit meninggalkan panti.
   Keputusan tinggal di panti jompo memang atas kemauan Pak Cakra sendiri. Karena anak-anaknya sudah dewasa dan sudah berkeluarga. Sehingga mereka pun sudah memiliki kehidupan sendiri. Pak Cakra merasa kesepian.
   Di panti jompo, sudah seminggu ini, Pak Cakra beradaptasi dengan kebiasaan barunya. Diawali dengan kegiatan sarapan bersama, lalu makan siang ataupun hanya saling bertukar cerita dengan sesama penghuni panti dengan segala sukacita.
   Seperti pagi ini, Pak Cakra bersiap untuk sarapan pagi kembali--bersama kawan-kawan barunya--di ruang makan. Dengan berjalan perlahan Pak Cakra menuju ke sana.
   Sambil saling bercerita, Pak Cakra dan kawan-kawannya menikmati hidangan yang tersedia. Disaat sedang saling mengobrol, pandangan matanya melihat sesosok perempuan--penghuni panti--yang berumur kurang lebih sama dengannya. Atau mungkin terlihat lebih muda dari Pak Cakra beberapa tahun.
   Perempuan itu duduk sendiri, sambil menyuapkan sesendok cream soup yang terhidang di depannya. Pak Cakra lalu berinisiatif mendekati wanita yang sedang duduk sendiri itu.
   "Saya Cakra," lelaki itu memperkenalkan diri pada wanita itu. Kemudian ditatapnya wajah wanita yang berada di depannya dengan seksama. Guratan halus dan keriput pada wajah wanita itu, tidak menutupi sisa-sisa kecantikannya saat masih muda.
   Wanita itu menengadah, kemudian membalas tatapan mata Pak Cakra. Dengan suara sedikit bergetar dia berkata, "Saya Rima."
   "Boleh, saya duduk bersamamu di sini?"
   "Ya--silahkan," wanita yang bernama Bu Rima itu, menjawab dengan singkat.