Seorang gadis kecil, berdiri di sudut taman bermain, ia seorang gadis kecil yang kesepian. Ia berdiri di sudut seorang diri-karena ia berbeda dari kebanyakan anak seusianya- tanpa keceriaan, tanpa kehangatan keluarga, tanpa ... semua yang tidak menyenangkan.
Tak ada yang mengajaknya bermain, karena ia berbeda. Ia hanya berdiri di sudut memerhatikan anak-anak sebayanya, yang sedang bersenda gurau, dan yang tidak peduli dengan kehadirannya.
Anak-anak itu berpakaian bagus, mereka saling bercerita tentang hadiah-hadiah yang diterima. Telepon selular, sepatu baru, jam tangan baru dan sebagainya, dan sebagainya.
Gadis itu tidak mempunyai teman, hingga yang ia lakukan hanya berbicara dengan pohon, dan bunga-bunga di taman itu. Ia tidak akan pernah menjadi seorang yang populer di kalangan anak-anak sebaya lainnya. Ia juga tidak akan pernah bisa bergabung dengan anak-anak sebayanya, karena takut tidak diterima. Ketakutan akan adanya penolakan.
Ia gadis yang berbeda, namun ia tidak habis berpikir di mana letak kesalahannya. Apa salahnya perbedaan, dikarenakan ia tidak berpakaian seperti gadis lain, tidak ada telepon selular dan mainan mahal, atau mungkin hanya karena ia tidak cantik atau bahkan kumal?
Gadis itu kembali bermain seorang diri, sambil menuliskan nama-nama pada tanah basah sisa hujan semalam. Nama ibunya, nama ayahnya yang ia juga tidak tahu pasti, karena semenjak dilahirkan ia tidak mengenal orang tuanya. Hanya hidup berdua neneknya yang sudah renta.
Ya gadis kecil itu mungkin berbeda, tapi itulah kuncinya, Karena perbedaan yang ia buat adalah perbedaan yang 'seharusnya orang lihat'. Biarkan gadis-gadis lainnya bermain dengan segala kepunyaan mereka, tapi lihat yang sendirian, lihatlah yang berbeda.
Seorang gadis lain, yang bernama Laluna, berlari-lari kecil mendekat. Mengulurkan tangan dan mengajaknya berkenalan. Mata gadis kumal itu seketika berbinar, mendapatkan seorang teman adalah istimewa. Gadis itu tidak sendirian lagi bermain di sudut taman. Dan tak lama mereka terlihat saling berkejaran dan tertawa riang. Semudah itu rasanya mendapatkan teman.
Seorang ibu tersenyum dari kejauhan, memerhatikan Laluna (gadis kecilnya) yang mempunyai teman baru. Apa yang ia ajarkan selama ini terasa berguna. Karena anaknya telah berbagi kebahagiaan, dengan memberikan senyuman dan jabat tangan pada teman barunya. Karena permata hari esok ada di tangannya hari ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H