Mohon tunggu...
Dewi Rafika Sari
Dewi Rafika Sari Mohon Tunggu... Freelancer - a lifelong learner

all is well

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Belangiran: Tradisi Ramadhan Ulun Lampung yang Dirindukan

16 April 2021   09:25 Diperbarui: 16 April 2021   09:30 1422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Oleh sebab itu, budaya sangat penting dan wajib dilestarikan serta dijaga agar diwariskan sampai ke anak cucu kita. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan dan karya seni. Budaya bersifat kompleks, abstrak dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.

Belangiran atau dalam bahasa Lampung disebut belangikhan merupakan tradisi budaya yang sudah turun-temurun diwariskan nenek moyang suku Lampung. Secara harfiah, belangiran berarti mandi bersama untuk menyucikan diri dalam rangka menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Jika dalam masyarakat Jawa ada tradisi Padusan, di Minangkabau ada Balimau, maka dalam masyarakat Lampung memiliki tradisi Belangiran yang tidak lain adalah ritual mandi untuk menyucikan diri sebelum menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Tradisi ini diharapkan mampu menghindarkan hati dan jasmani dari rasa benci, dendam, sombong, iri hati atau dengki dan agar lebih khusyuk lagi selama menjalankan ibadah puasa dari awal hingga selesai nanti.

Proses Belangiran ini biasanya dilakukan masyarakat didampingi tokoh adat, pemuda-pemudi, hingga para pejabat pemerintahan. Tahun 2020, tradisi belangiran sempat di semarakkan di Kali Akar, Sumur Putri, Kota Bandar Lampung. Pemerintah Provinsi Lampung menghidupkan kembali tradisi belangiran yang kian menghilang ditelan zaman, namun tampaknya Ramadhan saat pandemi seperti ini tradisi tersebut sudah tidak dilaksanakan secara besar-besaran lagi karena mematuhi berbagai macam protokol covid-19.

Prosesi Belangiran Masyarakat Lampung

Pelaksanaan tradisi Belangiran diikuti berbagai macam kalangan mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, biasanya dilakukan di Kali Akar Sumur Putri Bandar Lampung. Sebuah sungai di kaki gunung yang berada di Kelurahan Sumur Putri, Kecamatan Teluk Betung Utara, Kota Bandar Lampung.

 Aktivitas dimulai dengan puluhan muli mekhanai (sebutan untuk pemudi dan pemuda Lampung) yang berbaris rapi dengan membawa talam berisi tangkai padi, bunga 7 rupa dan sekam yang sudah dibakar. Setelah membasuh sebagian anggota tubuh dengan Air Langir, satu persatu muli mekhanai ini masuk ke sungai, kemudian mereka saling menyiramkan air satu sama lain. Di dalam sungai itulah tradisi mandi untuk menyucikan diri berlangsung. Biasanya masing-masing dari anggota keluarga yang mengikuti prosesi ini, mendapatkan satu gayung Air Langir untuk memulai mandi.

Beberapa perlengkapan yang digunakan dalam prosesi Belangiran yaitu Air Langir, bunga 7 rupa, daun pandan dan setanggi. Air Langir sendiri adalah air yang diambil 2 hari sebelumnya dari 7 sungai (mata air) yang berbeda di sekitar sungai yang akan dijadikan tempat berlangsungnya acara tersebut.

Tradisi Belangiran Ulun Lampung merupakan wujud kepedulian masyarakat Lampung terhadap budaya warisan nenek moyang yang perlu dilestarikan di tengah modernisasi yang kian merebak di era milenial ini. Seharusnya sebagai warga masyarakat yang memegang teguh nilai budaya, merupakan suatu kebanggaan jika kita dapat melestarikan budaya hingga ke anak cucu kita. Melestarikan budaya adalah tugas kita seluruh rakyat Indonesia. Sebagai negara yang berbudaya, di mana beragamnya budaya di Indonesia, patut kita jaga budaya tersebut agar tidak diklaim oleh negara lain sebagai budayanya. Setiap budaya yang ada di negeri ini wajib menjadi tanggung jawab kita untuk dilestarikan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun