[caption id="attachment_178519" align="aligncenter" width="518" caption="3 bocah desa kwatisore bersama hiu paus (foto : dewi)"][/caption]
Hiu paus, ikan terbesar di lautan yang ternyata amat menyenangkan diajak bermain. Selain orang dewasa, yang juga senang bermain-main dengan hewan raksasa ini adalah bocah-bocah desa Kwatisore, Nabire, Papua. Kwatisore, masuk dalam kawasan Taman Nasional Teluk Cendrawasih.
Tak semua anak-anak di desa ini berani bermain bersama hiu paus atau gurano. Diantara yang berani adalah Papeanus, Merlan dan Prihatin.
[caption id="attachment_178523" align="aligncenter" width="309" caption="Papeanus-kiri (foto : dewi)"]
Lepas, riang, penuh canda. Tak ada takut, tak ada gentar. Itulah kesan yang saya dapat melihat ketiga bocah yang sudah terbiasa berdekatan dengan ikan berbobot belasan ton ini.
Bermain ala mereka, adalah mengejar hiu paus dan menyentuhnya. Diantara ketiga bocah SD ini, Papeanus yang paling jago. Walau hanya snorkling, Papeanus amat leluasa bermain dengan gurano. Bocah kelas 3 SD ini sering berpegangan pada sirip di punggung hiu paus yang terus berenang. Bahkan jika hiu paus meninggalkan permukaan dan bergerak menuju kedalaman, Papeanus tetap menempel pada sirip hiu. Ia baru akan melepaskan pegangannya jika sudah tak sanggup lagi menahan nafas lebih lama.
[caption id="attachment_178525" align="aligncenter" width="518" caption="Papeanus membelai gurano (foto : dewi)"]
“Gurano baik, tidak gigit, jadi kita senang bermain sama dia”
“Saya pegang dia punya sirip. Saya ikut dia jalan-jalan”
Itu petikan ucapan Papeanus. “Jalan-jalan”......Mungkin bagi anak kota besar, seperti jalan-jalan keliling kompleks sambil memegang rantai anjing peliharaan mereka.
Untuk bermain dengan gurano, bocah-bocah ini harus mengunjungi bagan terlebih dulu, karena gurano memang senang berenang di sekitar bagan. Jarak dari desa ke bagan sekitar 10-an kilometer. Biasanya bocah-bocah ini ke bagan ditemani keluarga mereka. Hubungan masyarakat Kwatisore dengan nelayan Bugis yang tinggal di bagan amat baik. Terlihat, setelah bermain dengan gurano, bocah-bocah ini leluasa mengambil ikan dari jaring di dalam bagan tanpa membayar. “Untuk makan di rumah”, kata bocah-bocah ini. Dan nelayan bagan pun tidak terlihat keberatan.
Selain berenang bersama gurano, mereka juga senang memberi makan ikan-ikan raksasa berhati lembut ini. Makanannya ikan teri yang juga mereka ambil dari bagan. Buat saya, ini pemandangan yang amat unik. Lagi-lagi saya membandingkannya dengan anak-anak di kota tempat saya menetap, Jakarta. Di Jakarta, memberi makan ikan, artinya memberi makan ikan peliharaan di kolam halaman rumah atau di akuarium. Tapi di Kwatisore? Memberi makan ikan artinya memberi makan ikan hiu paus yang panjangnya belasan meter dan bobotnya lebih dari 10 ton langsung di laut.
[caption id="attachment_178530" align="aligncenter" width="385" caption="Merpati dan Ricky memberi makan gurano yang tengah menunggu di bawah bagan (foto : dewi)"]
Terlahir sebagai bocah Kwatisore, telah memberi anak-anak ini kemewahan....menjalin persahabatan dengan salah satu mahluk terindah di lautan, hiu paus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H