Mereka biasa membeli coke dengan #bestfriend di botolnya dan membagikannya dengan teman mereka dan dengan tag keluarga saat bersama di pesta dan acara.
Ini menjadi tren perlahan dan karena tag orang mulai membeli Coca-Cola daripada brand lain seperti Pepsi dan mereka juga menemukannya sebagai cara baru untuk terhubung dengan orang dan bersenang-senang dengan mereka sambil berbagi Coca-Cola.
Word of mouth juga memiliki peran penting bagi konsumen dalam memilik suatu brand ataukah produk terlebih dahulu, baik dari teman atau keluarga karena mereka mempercayai pengalaman yang diceritakan itu adalah benar dan nyata. Misalnya jika kita mempertimbangkan brand sepatu Nike yang terkenal di dunia, itu adalah salah satu brand sepatu paling dinamis dan tua di planet ini dengan salah satu logo "Swoosh" atau logo yang mirip tanda “centang” dalam artian Indonesianya yang paling terlihat. Setiap kali seseorang membeli sepatu, hal utama yang dia pertimbangkan adalah nama brand dan seberapa nyaman sepatu itu.
Seseorang membandingkan antara banyak brand dan produk mereka saat membeli satu tetapi kemudian dia juga memilih Nike lalu meninggalkan Adidas, Puma, Reebok, Sketchers, dll., Karena menurut konsumen tersebut, ini adalah salah satu brand sepatu paling tepercaya dan mapan dalam hal daya tahan, desain, dan kenyamanan. Namun hal ini tak menutup kemungkinan bagi pecinta brand lain, yang tentu akan setia dengan brandnya tersebut.
Orang-orang saat ini juga memilih brand lebih dari semua elemen lainnya saat membeli sepatu dan pakaian karena mereka menginginkan label pada barang-barang ini. Pada saat membeli, mereka mengabaikan tingginya harga sepatu tersebut dan hanya membelinya meskipun itu adalah sepatu basket dan mereka bahkan tidak dapat bermain basket. Hal itu dilakukan hanya untuk kepuasan mereka dan untuk menunjukkan kepada dunia luar bahwa mereka mengenakan sepatu mahal. Kita dapat melihat dari deskripsi dan contoh ini bahwa konsumen lebih fokus pada brand dan bukan pada produk.
Jadi, alasan konsumen memilih brand terlebih dahulu dan kemudian produk, karena mereka memiliki kepercayaan yang dibangun di atas brand yang tidak ingin mereka hilangkan dan juga mereka takut akan kekecewaan karena mengubah produk dari beberapa brand lain sehingga mereka lebih memilih untuk tetap berpegang pada brand yang mereka percaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H