Mohon tunggu...
Dewi puji
Dewi puji Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Praktikum Analisis Kebijakan Sosial

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menilik Upaya Penurunan Angka Stunting, Mahasiswa Ilmu Kesejahteraan Sosial Universitas Jember Terjun ke Desa Tegal Mijin Kecamatan Grujugan Bondowoso

27 Mei 2024   00:17 Diperbarui: 27 Mei 2024   00:25 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Menurut WHO (2015), stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang yang ditandai dengan panjang tinggi badannya berada di bawah standart. Tidak semua balita pendek itu stunting, tetapi anak yang stunting pasti pendek. Berdasarkan survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2022, prevalensi stunting di Provinsi Jawa Timur sebesar 19,2 persen. Tiga kabupaten yang menjadi kontributor atas tingginya prevalensi stunting di Jatim adalah Kabupaten Jember, Situbondo, dan Bondowoso. Mahasiswa progam studi Ilmu Kesejahteraan Sosial Universitas Jember melakukan kunjungan ke desa Tegal Mijin Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso. Tegal Mijin merupakan salah satu desa di Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso. Terdapat lima dusun di desa tegal mijin, yakni dusun krajan, dusun timur, dusun utara, dusun barat, dan dusun selatan. Kunjungan ini dilakukan melihat angka stunting di desa Tegal Mijin terbilang cukup tinggi yakni 41 balita stunting.

Berdasarkan hasil kunjungan mahasiswa Ilmu Kesejahteraan Sosial pada kegiatan posyandu Jambu 4, diperoleh informasi bahwa dari 41 balita stunting terdapat 10 balita tergolong stunting sangat pendek dan 31 balita tergolong stunting pendek. Ibu Nurul sebagai bidan posyandu mengatakan bahwa banyak tantangan dalam menurunkan angka stunting, " Kita harus bisa melihat penyebab munculnya dari stunting, nah disini itu kebanyakan pola pikir mereka ini belom tau. Dengan opininya mengatakan 'wes yang penting anakku ga rewel dikasi apa diem'. Selain itu juga kebanyakan ibu yang masih remaja ini berisiko untuk terkena anemia. penanggulangannya dimulai dari remaja,ibu hamil, dan balitanya. Jadi menurut saya tantangan terbesar yg dihadapi ya dari pola pikir masyarakat itu tadi,karena kan mengubah pola pikir itu tidak segampang membalikan telapak tangan ya mbak jelas butuh proses yang lama agar mereka ini bisa paham dan merubah pola pikirnya. Kemudian selain dari pola pikir , sosial ekonomi juga berpengaruh. Misalnya jika sosial ekonominya ini rendah, itu kan susah untuk makan jadi tidak bisa terpenuhi untuk gizinya. Sosial budaya juga berpengaruh yaa contohnya itu 'jangan makan telur nanti anaknya bau amis' 'kalo hamil jangan makan udang nanti nyorot anaknya' (bayinya susah keluar saat melahirkan" katanya, Jumat (17/052024).

Kecamatan Grujugan memiliki sebuah program dalam pencegahan dan penurunan stunting yang dinamai GUNTING SATE SERI "Grujugan Bebas Stunting Satu Telur Setiap Hari". Program ini sudah diterapkan di desa Tegal Mijin yang sasarannya ibu hamil dan balita. Program "GUNTING SATE SERI" mewajibkan kepada ibu hamil dan balita prospek stunting untuk mengkonsumsi protein tinggi yaitu telur minimal 1 butir setiap hari. Rata-rata balita prospek stunting tergolong keluarga tidak mampu, miskin, dan hanya mempunyai penghasilan yang cukup untuk makan saja sehingga tidak mmapu memenuhi makanan untuk bayinya. Maka dari itu, mengkonsumsi telur menjadi alternatif pemenuhan gizi balita dikarenakan harganya yang cukup ekonomis. "dari program pembagian telur yang dilakukan diluar posyandu itu sangat efektif ya karena kita melihat data yang ada itu mengalami penurunan angka stanting. Program ini berjalan cukup lama, karena kan waktu desa mijin ini dicetuskan stanting kita langsung mencari cara melalui rapat dengan melakukan pembagian telur tiap bulan untuk mereka yang stanting" Imbuh Ibu Nurul.

Kader posyandu desa Tegal Mijin mengharapkan seluruh masyarakat ikut berpartisipasi mengkampanyekan GUNTING SATE SERI untuk mencegah stunting. Selain itu, terdapat beberapa program tambahan sebagai bentuk dukungan dari pemerintah desa seperti melalui Pemberian Makanan Tambahan (PMT), Perpipaan Air Bersih serta MCK, dan Jambanisasi Desa. Dinas Kesehatan juga ikut memberikan dukungan melalui bidan desa dan mantri desa untuk melakukan pemeriksaan intensif kepada ibu hamil dan balita disertai pemberian vitamin dan  sosialisasi pencegahan stunting.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun