Pernahkah kita melihat rekan kerja saling curhat? Atau mungkin kita sendiri pernah mengalaminya? Semua itu berawal dari ajang curhat antar rekan kerja yang bisa berujung pada aksi perselingkuhan.
Sebenarnya mencurahkan isi hati kepada rekan kerja sah-sah saja. Selama tidak melanggar norma-norma yang ada. Sebagai sesama rekan kerja juga tidak ada salahnya menjadi teman pendengar yang setia saat sedang dikantor.
Masalahnya adalah jika rekan kerja yang melakukan ajang curhat ini adalah sosok yang sudah memiliki pasangan dan menjadi intens ngobrol berduaan. Jadi bagaimana, apa masih bisa diterima?
Kisah ini bahkan pernah dialami oleh teman saya sendiri. Ia seorang laki-laki yang sudah beristri dan memiliki anak. Bekerja di sebuah perusahaan start-up ternama di Indonesia.
Di sini saya tidak bermaksud untuk ghibah karena itu saya sudah meminta izin dari yang bersangkutan untuk berbagi cerita lewat artikel ini. Agar kita semua bisa belajar dari permasalahan rumah tangga mereka.
Saya mengangkat ceritanya juga tidak semata-mata ingin mengungkap efek negatif dari bekerja di perusahaan start-up yang kebanyakan memiliki konsep Work-Life balance. Dimana hal itu bisa menjadi pemicu munculnya kesempatan bagi para pelakor dan pelaku perselingkuhan beraksi di tempat kerja.
Baca juga : Rentannya Perselingkuhan dengan Rekan Kerja, Berikut Tips Menghindarinya
Meski fenomena itu semakin terlihat dikala banyak teman saya yang bekerja di start-up juga mengalami hal yang sama. Tetapi saya tegaskan lagi, dimana saja kita bekerja godaan itu pasti akan selalu ada. Jadi tetaplah waspada!
Kembali ke kisah pengalaman teman saya. Dikantornya ia memiliki rekan kerja perempuan yang juga sudah bersuami. Dimana rekan kerjanya itu merupakan alumni dari kampusnya terdahulu.
Si rekan kerja perempuan ini kebetulan sedang memiliki masalah pribadi dengan keluarganya. Terkhusus dengan pasangannya di rumah. Berdalih ingin meminta pendapat untuk masalahnya, dari rekan kerjanya yang juga lelaki. Asumsinya mungkin pendapat seorang rekan kerja laki-laki lebih bisa diterima untuk masalahnya dengan suami.Â
Tetapi sang perempuan malah keasyikan dan kebablasan mencurahkan isi hatinya kepada rekan kerja prianya itu. Sehingga hal yang tidak diinginkan pun terjadi.