Natal tahun ini aku mengambil cuti dua hari, Â disamping tanggal 25 Desember, Â jadi total libur ada empat hari.Â
Aku berencana untuk mengikuti Misa Natal pada 24 Desember jam 17.00. Sejak siang aku sudah mempersiapkan semuanya, karena bisa dipastikan tiap Misa Natal pasti gereja  penuh umat yang hadir untuk mengikuti Misa, lebih dari kalau Misa biasanya. Jadi agar bisa mendapat tempat duduk didalam biasanya harus hadir lebih awal paling tidak satu atau bahkan dua jam sebelum dimulai  Misa Natal.Â
Ketika semua sudah siap dan aku sudah selesai mandi, Â tiba - tiba HP ku berbunyi. "Hallo, Â Dewi bisa gantikan saya jaga siang tidak, hari ini anakku sakit dan harus opname, Â typus, Â sudah skala enam, " demikian suara dari seberang sana. "Tolong aku Wik, Â soalnya yang lain sudah kuhubungi dan tidak ada yang bisa, " imbuh temanku lagi.Â
Ya memang akhir tahun ini banyak yang cuti, Â karena berbarengan dengan liburan sekolah, libur Natal dan akhir tahun. Â Dan bekerja di Rumah Sakit tidak ada istilah libur bersama atau cuti bersama, Â kami bergantian libur atau cuti.Â
Kebetulan aku mendapat jatah libur Natal dan Cuti Natal. Â Dan temanku tersebut mendapat shift siang karena dia tidak merayakan Natal, tetapi mrngambil Cuti lain hari, liburan sekolah untuk anaknya.
Dan akhirnya baju Natal berwarna salem yang sudah kupersiapkan sejak pagi, aku gantung lagi kedalan lemari, Â dan aku ganti dengan baju seragam kerja.Â
Pikirku tidak apa - apalah, menggantikan tugas jaga teman,  bukankah besuk masih bisa  mengikuti Misa Natal,  pada 25 Desember pagi hari. Dengan kekhusukan yang sama. Dan tertundalah Misa Natalku sore ini. Karena aku harus berjaga di Rumah Sakit.Â
Bukan hari dan tanggal yang menggambarkan kedamaian Natal, tapi dari hati yang sukacita karena kelahiran Juru Selamat lah yang menunjukkan sejatinya Natal.Â
Natal membawa damai dan sukacita
Selamat Natal bagi saudaraku, sahabatku dan teman - teman semua yang merayakannya.Â
Damai di bumi damai di hati.