Mohon tunggu...
Nduk Dewi Alfaqiroh
Nduk Dewi Alfaqiroh Mohon Tunggu... Freelancer -

cinta adalah mutiara yang berharga, cinta tak pernah salah terkadang egolah yang mengalahkan semuanya. rindu akan menjadi biru jika awan menjadi kelabu. "Ku Tulis apa yang aku rasakan, ku terjemahkan apa yang bisa ku fahami"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Antara "Traveling", Aku dan Ibuku

24 Desember 2017   08:41 Diperbarui: 24 Desember 2017   08:57 574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Alam mengajarkan kita untuk selalu mengerti keajaiban dan keindahan ciptaan Sang Khalik, lewat alam kita juga selalu bersyukur, betapa indah ciptaanNya hingga membuat kita ingin mengunjungi stiap plosok negeri ini. Bukan hanya itu saja, alam juga mengajarkan kita untuk saling berbagi dalam kebaikan. Travelling dan hiking adalah salah satu cara kita melihat, dan berterima kasih serta bersyukur karena betapa indahnya ciptaan Sang Khalik

Traveling dan hiking adalah hobby yang palng diminati banyak orang, begitu juga aku. Mulai traveling dari dalam kota hingga luar kota. Begitu juga dengan hiking. Kita akan mendapat suasana baru dan inspirasi baru etika bertemu banyak orang, melewati tempat dan berkunjung ke daerah atau suatu tempat yang belum pernah kita temui sebelumnya. 

Bagi seorang penulis seperti au, inspirasi sangat perlu untuk bahan membuat cerita, novel, artikel serta puisi. Tetapi kadang rasa pegal dan capek sering menganggu, sehingga membuat aku tidak nyaman dalam merasakan indahnya alam sekitar dan indahnya ciptaan Sang Khalik. Perasaan senang dan bahagia akan menjadi satu ketika semua terbayar dengan keindahan tempat yang akan kita kunjungi.

Aku selalu meluangkan waktuku di tengah kesibukan yang selalu padat dengan cara travelling dan sesekali hiking, travelling adalah hobbi utamaku sejak dulu.  Ibu ku selalu menasehati ku untuk memakai geliga. Dari dulu ibuku selalu memakai geliga, maklum saja ibuku bekerja sebagai OB di salah satu sekolahan ternama di Indonesia. Badan dan kaki pegal selalu di rasakan, tetapi sejak beliau memakai geliga beberapa tahun yang lalu hingga sekarang, beliau tidak pernah mengeluh akan badannya capek itu. 

Seorang ibu tau yang terbaik untuk anaknya. Kadang, ibu ku melihat ku kecapekan setelah travelling dan beliau menyarankan aku untuk memakai geliga krim, tapi aku selalu menolak, karena aku berpikir bahwa geliga krim itu sangat panas dan tidak bisa mencegah rasa sakit yang ada di kaki dan pundak ku. Awalnya ibu menyarankan untuk memakai di satu tempat dulu yaitu kaki kanan. Awalnya memang panas dan belum terasa enteng, setelah beberapa menit kemudian rasa pegal iu berkurang. 

Hingga kini, ketika aku kecapekan setelah traveling, aku selalu menggunakan geliga. Masih ingat ketika aku traveling ke Dieng, tepatnya puncak Si Kunir. Perjalanan yang melelahkan sekali, pulang pergi naik motor dan satu hal yang buat aku sedikit kecewa adalahh kesasar dan masuk bayar agak mahal. Malam hari sekitar jam 12 aku baru sampai ke tempat dimana aku buat camp dengan temanku, rasa pegal dan capek kini menyerang kaki, pundak, dan pinggang ku. Entah kenapa aku ingat saran ibuku ketika menyuruh ku memakai Geliga.

Awalnya aku berpikir tidak akan ada geliga di tas yang aku bawa, karena aku belum terbiasa bawa geliga krim kemana-mana. Tapi perkiraan ku salah di saku depan tasku sudah ada geliga yang masih bersegel, ibuku memang sangat perhatian dan mengerti anaknya. Tanpa sepengetahuanku. Ibuku selalu menyelipkan sesuatu yang akan bermanfaat buatku.  Hingga kini aku selalu menyelipkan geliga di tasku dan geliga akan selalu menemani travelingku. Saat ini au bebas pegal dan bebas kemana aja. Traveling bebas pegal? Geliga krim aja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun