jangan sebut aku sebagai seorang penulis yang keras dalam etika menulis. Perjalanan untuk membuat tulisan ke bentuk puisi yang indah dan sederhana itu tidak mudah.Â
Penyair-penyair tua di Indonesia yang menurut saya bagus dalam berbahasa dan tulisan, sudah hampir semua tua dan ada alamat penyair muda dengan pengaruh bahasa gaul bisa mematikan gejolak pemakaian bahasa antara baku dan tidak baku.Â
Penyair tua-tua sudah hampir mau mati, dan bila tidak dari sekarang mendidik dan "mengembangbiakan bahasa baku sebagai pedoman menyaring dan memperbaiki kualitas puisi-puisi atau karya-karya yang beterbaran di media, alangkah sedihnya bahasa Indonesia jika boleh diibaratkan sebagai benda hidup atau sebagai seorang ibu.Â
Memang benar, kebebasan berpuisi dengan mencampur adukkan bahasa atau tulisan yang disingkat adalah hak setiap orang dan saya menulis bukan berarti untuk membatasi keleluasaan dalam menentukan tulisan yang cocok dengan berbagai kepribadian banyak orang.
Penyair muda akan bertebaran di semua banyak media, dan generasi yang akan datang, apakah bisa membedakan mana puisi yang benar indah atau puisi yang "only puisi" yang hanya asal tulis dan di like banyak orang di media sosial padahal tidak membaca dan menikmati isinya, hanya sekedar tidak enak hati karena sesama teman media sosial.
Jujurlah terhadap penilaian hasil karya orang lain, karena itu akan membantu pertumbuhan penulis dalam mengembangkan tulisannya dan dengan demikian maka Anda akan menjadi salah satu penyelamat citra bahasa Indonesia di generasi anak dan cucu Anda.Â
 Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H