Satu detik berlalu
lambannya serasa tujuh windu
ketika arti menunggu
pahit, bagai lidah tertimbun empedu
/
basah hujan kini tengah menjauh
kering angin semakin riuh bertabuh
/
barangkali hanya rindu
yang tak pernah mengenal musim
ia bermukim,
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!