Mohon tunggu...
Dewi Pagi
Dewi Pagi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Say it with poems & a piece of cake...| di Kampung Hujan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Panggung Cantik Badut Politik

18 Maret 2014   23:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:46 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13951349431664937485

[caption id="attachment_299604" align="alignnone" width="630" caption="www.lensaindonesia.com"][/caption]

Tuan Nyonya yang (katanya) mulia sekali
lepaskan saja topeng-topeng itu dari wajah asli
kami sudah mulai pintar, tak bisa dibohongi berulang kali
bosan sudah lihat diskonan janji-janji
.
Tuan Nyonya berbaju pelangi; ah lebih mirip badut di pentas seni
jangan silaukan kami dengan kepingan mimpi
perut kami tak kenyang dengan gunungan mimpi
masa depan kami inginnya dijamin bukti-bukti
.
Tuan Nyonya yang (sepertinya) berambisi
tak perlu ajak kami berpanas ria joget sana-sini
dua puluh ribu hari begini? Tak cukup buat makan satu hari
perut tak kenyang, kepala pusing gara-gara sengatan matahari
.
Tuan Nyonya berdasi dan bersanggul tinggi
cukup kalian benahi saja kesejahteraan kami
dan anak-anak pergi sekolah tak bergelantungan dengan tali temali lagi
mungkin kami bisa langsung jatuh hati
.
Tuan Nyonya yang (katanya) kaya raya akan pundi-pundi
jangan buang duit banyak-banyak demi suara di pemilu nanti
andai menang masih bisa ketawa ketiwi
kalau kalah hati-hati; takut jiwanya nanti sakit bertubi-tubi
.
.
.
*Kampung (lagi) Hujan (duit), 180314
.
.
.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun