Mohon tunggu...
Dewi Pagi
Dewi Pagi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Say it with poems & a piece of cake...| di Kampung Hujan

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Kecewa kepada Tuhan; Bosan Sembahyang, Sabarnya Hilang

29 Mei 2014   01:47 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:00 2706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14011688221586706703

Segala caci maki, kecewa, lupa bersyukur, semua akan mudah hadir dalam hati ketika kita mengalami guncangan dalam kehidupan. Saat perjalanan hidup terasa kacau dan tidak mulus, betapa mudahnya mulut dan hati kita mengeluh. Rasa bersyukur pun bisa mendadak habis tergerus.

Sabar tak ada batasnya. kalimat ini terasa begitu mudah diucapkan oleh siapa pun yang tidak tengah mengalami badai kehidupan. Bahkan, sering kali kata sabar itu tak ada gunanya ketika iman merosot tajam lalu mengakhiri hidup dengan jalan yang tidak wajar. Serem yah. Jauh-jauh deh sama hal begitu.

Hidup ini indah. Begitu juga dengan sabar. Belajar dan latihan sabar setiap hari itu ada benarnya. Lama-lama bisa jadi terbiasa. Bersyukurlah bila kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang bersabar. Orang sabar bukan hanya disayang Tuhan, tapi juga disayang semua orang. Iya kan?

Sudah beribadah dan berdoa tetapi tak kunjung dikabulkan Tuhan, seringkali membuat hati kita teramat kecewa dan enggan beribadah lagi. Kita jadi bosan berdoa karena Tuhan tak segera mengabulkan. Padahal tidak semua yang disegerakan itu baik untuk kita. Tuhan pasti punya alasan sendiri tentang waktunya dan itu adalah mutlak hak Tuhan sebagai Yang Maha Mengabulkan. Sabar saja, Tuhan kan Maha Mengatur dan tidak mungkin melanggar janji-Nya.

Sebenarnya tanpa kita selalu memuja-Nya, Tuhan tetaplah Yang Maha Agung. Tanpa kita merayunya, Tuhan tetaplah Yang Maha Indah. Jika kita tak mau dekat dengan-Nya, Tuhan tak pernah menjauhi kita. Bila kita membeci-Nya, Tuhan tetap mau menyayangi kita. Tak mau sembahyang? Tidak mengurangi sedikit pun kasih sayang-Nya terhadap kita.

Dari segala sisi, manusia tetaplah mahluk yang serba berbatas dan jauh dari kesempurnaan. Namun Tuhan selalu memakluminya. Entah sudah berapa banyak Tuhan memaklumi ‘tingkah laku’ hamba-Nya. Mulai dari yang suka ngambek lalu mogok sembahyang dan berdoa, tidak mau menerima kenyataan hidup, benci dengan takdir, meratapi nasib, mencaci maki Tuhan yang (katanya) tidak adil, hingga selalu berburuk sangka pada-Nya seolah-olah kita jadi pihak yang paling didzolimi.

Tuhan tak butuh kita, tetapi kitalah yang butuh Tuhan. Bila kita tidak mau beribadah hanya karena kecewa ada beberapa permintaan kita yang belum dikabulkan, maukah kita datang pada-Nya walau hanya untuk berucap SYUKUR atas karunia yang sering kali luput dari mata dan hati kita sejak kita dilahirkan ke dunia ini? Cukup besarkah jiwa kita untuk mengakui bahwa jumlah anugerah-Nya tak pernah bisa terlampaui oleh otak kita bila sengaja ingin menghitungnya?

Meyakini sesuatu yang tidak terlihat oleh kasat mata kita memang bukanlah hal yang mudah. Tetapi sebagai manusia, kita sudah diberi akal untuk bisa belajar memahami-Nya dan diberi hati supaya bisa meyakini-Nya. Bukankah itu adalah salah satu nikmat yang Tuhan berikan? Bisakah kita dustai hati dan menyangkal semuanya?

Sebagai penutup, saya mau berbagi sesuatu yang selama ini nyaris luput dari perasaan saya. Ini tentang hal yang terindah. Yah, bahwa hal paling termanis dan terindah dalam keseharian saya adalah ketika saya berdoa. Mengapa? Karena saya percaya saat itu saya tengah bicara pada satu-satunya yang paling mencintainya saya dalam kehidupan ini. Indah bukan?

Kita selalu butuh Tuhan, sampai kapan pun. Sejak kita dihidupkan, dimatikan lalu dibangkitkan kelak di alam kemudian. Tuhan Maha Segalanya, minta apa saja selalu boleh. Tuhan juga Maha Pemalu, malu bila tidak mengabulkan pinta hamba–Nya padahal Tuhan punya semuanya. Nah, bila Tuhan saja pemalu, masa kita sebagai hamba-Nya tidak tahu malu?

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun