[caption id="attachment_352861" align="aligncenter" width="300" caption="Selalukasmaran.com"][/caption]
Aku menuliskan sajak
pada senja yang tak pernah beranjak
redam dalam bara padam dalam hujan
sajak menuliskanku sampai mati
berulang-ulang kali
hingga putus urat di nadi
.
sajak dan aku kawan sejati
satu jiwa satu hati
satu hidup lainnya mati
jikalau ia menangis aku terluka
aku tertawa ia malah banyak bertanya
.
mungkinkah pesyair bahagia?
bukankah pekerjaannya mendulang air mata?
lalu apa makna tetesan yang basahi lekuk-lekuk tubuhku?
menggenang, lunturkan pena bertinta biru
.
beringsut aku dari pelatar senja
berdua kami berhadap muka
ku kata air mata perkakasku bekerja
jadi sebaiknya kau diam saja
tak perlu lagi bertanya
akulah yang mengumbar kata
rapat kau kunci belanga rasa
.
mari-mari
ikut aku kau ke sini
kita melepas aksara
jauh-jauh ke angkasa
biar sayapnya terbangkan larik-larik luka
lalu langit hujankan sukacita
.
sajak dan aku berbagi janji
seketika jatuhkan hati
pelukannya dalam
jadi isyarat rasa di jiwa
seperti sejoli kekasih
kini kami saling memiliki
terima lalu beri
.
meski air mata hujam kami bertubi-tubi
sampai mati kusadari cinta ini sejati
.
.
Kampung Hujan, 250215
.
.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI