Mohon tunggu...
Dewi Pagi
Dewi Pagi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Say it with poems & a piece of cake...| di Kampung Hujan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Menualah Cinta, Bersamaku

7 April 2015   19:02 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:25 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pic from pixshark.com

Ketika lincah jemariku
tak mampu menulis kata per kata lagi
pun detak jantung puisi pecah berhenti
kencangkanlah pelukanmu di dadaku
agar engkau tahu
masih tersisa ketukan cinta di hatiku
.
saat sorot mataku redup serupa senja
helai berhelai rambut gugur ibarat kering daun kamboja
bantulah aku mengingat-ingat
betapa kebersamaan kita
bagai sajian bercangkir-cangkir kopi hangat
.
adalah kisah
satu dari seribu kisah cinta
tentang engkau dan aku
saling menyayangi tanpa lelah
kita adalah satu jiwa yang saling membelah
.
seringkali pikirku jauh melayang
mengapa misteri jadi wajah kehidupan?
bagaimana aku melalui pintu tabirnya tanpamu seorang?
barangkali hanya hampa yang mengaduk bosan
.
kini engkau tengah menuntun jalanku
mengajari hal di masa lalu dan baru
sekejap engkau bertutur sesuatu
selama mungkin tersimpan dalam benakku
.
cintamu, menyembuhkan luka
lebih dari sekedar gudang aspirin dalam kepala
sayangmu, menghapus air mata
lebih dari sekedar deretan boneka
.
padamu pernah ku merasa
bahwa cinta nyaris membuatku gila
ketika perbedaan menjelma raja
dan kita berjalan di antara takdir yang berduka
segala mustahil inginku sirna
dunia semestinya milik kita berdua
.
nanti, apabila ingatanku benarlah memudar
dekatlah, mendekatlah ke arahku
biarkan aku mencium semerbakmu berpendar
semoga Tuhan berkenan
sesaat mengembalikan ingatan
utuh ingatanku tentangmu
.
sampai kapanpun
mauku mencintaimu dengan cara yang sama
cinta yang sederhana
rindu yang tak kenal ampun
rasa yang sempurna
lagu jiwa merdu berirama
.
walau keriput kulitku kian mengusut
hati untukmu tak kubiarkan melapuk akut
meski jasadku terpeluk bumi
pusara milikku kan menjadi saksi
.
bahwa kekal cinta untukmu
manis...semanis sungai penampung madu
.
bahwa hikayat cinta kita
indah...terindah yang pernah ada
.
.
Kampung Hujan, 070415
.
.
~ I really believe that you are the greatest thing to ever happen to me and I want to spend the rest of my life with you... ~

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun