Mohon tunggu...
Dewi NurFadilah
Dewi NurFadilah Mohon Tunggu... Lainnya - Dewii

Bismillah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teks Kritik Film "Alive"

10 Maret 2021   09:17 Diperbarui: 10 Maret 2021   09:54 1520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.heavenofhorror.com/wp-content/uploads/2020/09/alive-netflix.jpg

Film ini menceritakan kisah perjuangan 2 orang, seorang pria dan wanita yang bertahan hidup di tengah wabah zombi yang menyerang Korea Selatan. Alive merupakan film original Netflix, menceritakan seorang wanita dan pria yang terjebak di sebuah apartemen kota Seoul. Alive ini dibintangi oleh Yoo Ah In sebagai Oh Jun Woo dan Park Shin Hye sebagai Kim Yoo Bin. Alive berhasil menjadi yang pertama meraih lebih dari 1 juta penonton di Korea Selatan kala pandemi Covid-19 masih berlangsung.

Dikutip dari laman web tek.id Alive merupakan garapan sutradara Cho Il-hyung. Diketahui film ini didasarkan pada film berjudul "Alone" tahun 2019 lalu, karya Matt Naylor. Tak hanya bertugas sebagai sutradara, Cho Il-hyung turut menulis naskah film ini bersama dengan Matt Naylor. Sedangkan Eugene Lee, Saemi Kim, dan Saerom Kim bertugas sebagai produser dalam menggarap film Alive ini.

Wabah zombi yang digambarkan pada film Alive berhubungan erat dengan situasi saat ini yaitu pandemi covid-19. Film ini hampir mirip dengan film zombi lainnya seperti film 'Train To Busan' dan 'kingdom'. Namun film ini berbeda dengan film zombi pada umumnya. Pasalnya , zombi dalam film ini digambarkan seperti benar-benar manusia. Zombi dalam film Alive tidak takut terhadap matahari, dapat berlari, dapat membuka pintu, bahkan dapat memanjat. Jadi level keganasan zombi dalam film ini lebih terasa dibanding film zombi lainnya. Alive memfokuskan pada psikologis dari dampak isolasi tanpa hadirnya teknologi digital yang membuat permasalahan semakin buruk. Selain itu, yang membuat film ini lebih menegangkan saat wabah berlangsung tidak dihadirkan aliran listrik dan internet. Orang-orang yang tidak terinfeksi harus berjuang sendiri untuk mempertahankan hidupnya.

Film ini mula-mula menceritakan seorang pria yang sedang asyik bermain game online, hari itu ayah, ibu dan kakak perempuannya pergi bekerja, keluarganya meninggalkan ia sendiri. Ketika sedang bermain game seorang teman memberitahu bahwa ada hal aneh yang terjadi di sekitarnya. TV mulai menyiarkan berita hangat yang terjadi bahwa orang-orang berubah menjadi makhluk mengerikan. Jun woo kemudian melihat ke arah luar mendapati pemandangan orang-orang kocar-kacir berlarian dan berteriak, hingga ia terfokus melihat seseorang menerkam orang lain. Mulai saat itu, Oh Jun Woo menyadari bahaya dari wabah zombi yang melanda Korea Selatan.

Di dalam apartemennya, Oh Jun Woo dapat bertahan hingga beberapa hari menggunakan makanan dan minuman yang tersisa. Selama 20 hari Jun Woo terjebak di apartemen membuat dirinya hampir putus asa dan mulai stres, potongan cerita tersebut ditayangkan saat setengah jam pertama pada film. Keadaannya semakin susah karena persediaan makanannya mulai menipis. Setiap hari TV menyiarkan berita membahas mengenai wabah ini. Setiap hari korban terus berjatuhan, tetapi tak ada jalan keluar atau ide yang bisa digunakan untuk mengakhiri semuanya. Dia juga menggunakan media sosial dalam meminta pertolongan, namun pertolongan tidak kunjung datang.

Lelah mendengar berita di TV yang tak kunjung memberinya pertolongan ia pun menghancurkan TV miliknya. Merasa tak ada harapan dan berpikir kalau hanya dialah manusia satu-satunya yang hidup, ia membuat keputusan untuk mengakhiri hidupnya daripada dimakan zombi. Ketika Jun Woo bersiap-siap untuk menggantung diri. Tiba-tiba muncul cahaya inframerah di wajahnya. Seketika ia pun mengurungkan niat bunuh dirinya, cahaya tersebut berasal dari apartemen seberang. Cahaya inframerah tersebut dikobarkan oleh perempuan bernama Kim Yoo-bin. Mengetahui masih ada manusia yang hidup di daerah apartemennya, Jun Woo kembali bersemangat memperjuangkan hidupnya. Ini menjadi permulaan bagaimana kemudian keduanya bekerja sama untuk bertahan hidup. Tak hanya dalam soal melawan zombie, tetapi juga berbagi bahan makanan yang masih dimiliki. Bersama dengan Kim Yoo-bin, Oh Jun Woo berusaha untuk tetap hidup dan bertahan di tengah wabah zombi. Hingga bantuan untuk mereka datang.

Film ini sangat minim tokoh, hanya menampilkan dua tokoh utama yaitu Oh Jun Woo dan Kim Yoo-bin. Keduanya mampu memerankan karakter masing-masing dengan natural. Meski dua tokoh ini memiliki dialog yang minim sepanjang film, namun keduanya berhasil menghadirkan chemistery. Percakapan yang cenderung pendek perihal bertahan hidup dan harapan untuk hidup, berhasil memberikan pesan positif. 

Pesan yang ingin disampaikan, tersampaikan dengan baik. Kebanyakan manusia yang berada di posisi Joon Woo tentunya akan stres. Dengan melihat kesulitan yang harus dihadapi, beberapa penonton pasti mengerti dengan pilihan Jun Woo saat ingin bunuh diri. Proses kesulitan Jun Woo saat bertahan hidup terasa sangat menyengsarakan. Mulai dari stok makanan yang menipis, tak ada air, listrik padam, tak ada jaringan telepon dan internet, hingga terjebak sendiri tanpa ada orang yang bisa diajak komunikasi. Bagaimana pun juga manusia merupakan makhluk sosial, keberadaan orang lain sangat dibutuhkan untuk keberlangsungan hidup.

Sayangnya pada film ini kurang menampilkan adegan aksi heroik melawan para zombi, namun tetap saja bila difokuskan pada perjuangan hidupnya film ini sangat menarik untuk ditonton.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun