Senin – Jumat (16 – 20/6) saya berkesempatan mengikuti acara yang mendatangkan puluhan anak berprestasi level Sekolah Menengah Atas (SMA) dari seluruh Indonesia. Dari sabang sampai merauke semua peserta berkumpul. Termasuk ranah idola saya juga ada perwakilannya disini. Padang. Yak, 4 orang perwakilan dari Kota Jam Gadang ini hadir mengikuti acara yang penuh suka cita.
Di sela-sela acara, ada saat dimana saya dengan salah seorang peserta dari Kota Pariaman tidak sengaja duduk bersebelahan di dalam bis. Kendaraan ini menjadi alat transportasi yang digunakan sepanjang acara, dan panitia pun diharapkan berbaur dengan peserta saat didalamnya.
Sepanjang perjalanan kami banyak bicara. Ini akibat ulah saya yang banyak tanya. Lumayan surprise mendapati teman di sebelah adalah native speaker dari ranah yang saya impikan. Saya benar-benar seperti mendapati harta karun yang teronggok manis tanpa ada pemiliknya. Ingin saya bawa pulang! hahaha….
Mengapa hal ini begitu spesial? Apa bedanya ia dengan orang berdarah padang lainnya yang banyak saya temui di Jakarta ini? Teman yang berasal dari kampunya Bung Hatta di kantor saya juga banyak. Tapi ini benar-benar istimewa karena ia asli anak sana, terbang dari sana, logatnya masih kental, dan tatapan matanya padang bangeett hahaha….
Perjalanan dari sebuah lokasi kegiatan sosial menuju tempat wisata saya habiskan untuk bicara ngalor ngidul tentang kota yang satenya amat terkenal di Jakarta ini. Ditengah-tengah obrolan yang semakin panas, teman saya yang juga panitia memotong pembicaraan dengan berkata “Dewi, berisik banget sih! lu kan kalo mau tau gituan bisa googling atau browsing sendiri! pake nanya-nanya!”
Hey! You know what?! ini native speaker asli from Padang guys! Rasanya beda mendapatkan informasi dari penduduknya asli dibandingkan dengan persembahan mbah google yang bisa dengan sangat mudah didapatkan oleh siapa saja. Dapat info dari seorang pelajar berprestasi, logat padangnya sangat asik didengar dan gaya berbicaranya benar-benar Padang! Ini luar biasa! haha…
Pelajar ini juga sempat tanya balik kepada saya mengapa saya begitu mencintai all about Padang? Saya tak bisa menjawab dengan sistematis. Saya hanya katakan “Entahlah, saya memang begitu cinta. Mungkin inilah yang disebut dengan cinta tanpa syarat…” qiqiqiqiii… Ini memang jawaban sakti yang kerap saya lontarkan jika ada yang bertanya.
Saya juga sempat meminta ia menyanyikan salah satu lagu minang. Tapi sayang, katanya tidak bisa menyanyi L Tapi dia memberi penawaran lain, yaitu “saya nyanyikan dari handphone saja ya Kak”. Ya, semua peserta memanggil kami panitia dengan sebutan Kakak. Syukurlah, terdengar sepuluh tahun lebih muda rasanya haha…
Ternyata eh ternyata… ia membunyikan sebuah lagu minang dari handphone-nya dan didekatkan ke microphone untuk mengeraskan volume. Hohoho… polos nian anak ini…Semakin unik pula saya melihatnya, ia nampak cinta sekali dengan budayanya sampai-sampai menyimpan lagu daerah di telepon genggamnya.
Padang benar-benar telah menarik perhatian saya. Setelah menyempatkan diri berfoto bersama, tak butuh waktu lama saya lantas memasang foto tersebut menjadi Display Picture (DP) di Blackberry saya. Dan mau tau apa reaksi beberapa teman terhadap DP saya? Ini diaaaaa…… haha..
(dnu, 23 Juni 2014, 13.31)
[caption id="attachment_312394" align="alignnone" width="322" caption="DP BB"][/caption]
[caption id="attachment_312395" align="alignnone" width="322" caption="Salah satu tanggapan atas DP BB"]
[caption id="attachment_312396" align="alignnone" width="322" caption="Tanggapan atas DP BB"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H