Mohon tunggu...
Dewi Nurbaiti (DNU)
Dewi Nurbaiti (DNU) Mohon Tunggu... Dosen - Entrepreneurship Lecturer

an Introvert who speak by write

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menyikapi Kemerdekaan dengan Hati yang Merdeka

17 Agustus 2015   13:59 Diperbarui: 17 Agustus 2015   13:59 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mampu melihat kebaikan orang lain dan atau lebih luasnya lagi mampu melihat upaya-upaya kebaikan yang telah dilakukan oleh pemimpin bangsa ini adalah salah satu refleksi dari hati yang merdeka.

Hati yang berani mengakui kehebatan orang lain juga menjadi salah satu tolak ukur akan kemerdekaan diri seseorang.

Jika masih saja kita terus melihat kekurangan, kekurangan dan segala kekurangan yang ada dalam diri orang lain, itu tandanya bukan cuma hati yang belum merdeka tetapi juga fikiran kita.

Tidak sedikit orang yang belum berani mengakui kelebihan yang ada dalam diri orang lain. Terlebih lagi jika orang tersebut adalah lawan dalam suatu kompetisi. Karena kemenangan sejati adalah buakn hanya berhasil memenangkan pertandingan tapi juga berhasil mengalahkan sikap kerdil untuk takut mengakui kemenangan orang lain.

Sama halnya dengan pemimpin bangsa Indonesia yang dari tahun ke tahun terus saja dicemooh karena dianggap kurang disana sini. Tapi banyak hal yang terlupa tentang keberhasilan mereka yang walaupun sedikit telah berkontribusi dalam membangun bangsa Indonesia.

Saya tidak ingin menyebutkan contoh nama pemimpin dalam bahasan ini, karena hal tersebut sama saja saya sedang mengunggulkan yang satu dan menjatuhkan yang lainnya.

Pemimpin yang mungkin belum berhasil membabat semua para koruptor lalu dihina dina, dianggap tidak mampu dan nyaris didemo untuk diturunkan dari jabatannya. Tapi apakah kita lupa bahwa bisa jadi ia telah berhasil dalam bidang pembangunan lainnya yang bisa jadi skalanya memang jauh lebih kecil ketimbang memberantar koruptor.

Satu hal yang perlu diingat adalah beda permasalahan maka beda pula ukuran waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya. Maka jika seorang pemimpin bangsa belum terlihat keberhasilannya pada suatu masalah, adalah bukan tidak mungkin masih banyak waktu yang dibuthkan untuk menuntaskannya.

Hati yang merdeka adalah hati yang berani mengakui kekurangan diri dan berani mengakui kehebatan orang lain.

Dan fikiran yang merdeka adalah fikiran yang tidak terus menerus tentang sebuah hal yang negatif, melainkan selalu pandai melihat sisi postif atas segala sesuatu.

Di Hari Ulang Tahun Republik Indonesia yang ke 70 ini marilah kita bersama-sama memerdekakan hati dan fikiran kita dengan cara menjauhi prasangka buruk dan fikiran negatif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun