Membaca berita di sebuah media cetak harian terbitan Sabtu (5/9) lalu untuk berita tentang “Si Kuning” Bis Sekolah yang beroperasi di Jakarta, terdapat satu pernyataan yang cukup mencengangkan.
Dalam berita tersebut dipaparkan tentang besarnya manfaat Bis Sekolah yang berwarna kuning ini bagi para pelajar setiap harinya. Dimana angkutan yang tarifnya nol rupiah alias gratis ini mampu mengurangi biaya transportasi yang menjadi beban anak-anak termasuk juga orang tuanya.
Terlebih lagi jika bis Transjakarta sudah terintegrasi dengan Kartu Jakarta Pintar (KJP) yang dimiliki banyak siswa siswi di Jakarta ini, dimana bagi para pelajar bisa naik dengan gratis, maka bukan tidak mungkin persoalan “bekal uang jajan” anak sekolah bisa sedikit dikurangi.
Keberadaan Si Kuning saat ini bukan tidak menggandeng beberapa persolan, diantaranya kedatangan Bis Sekolah yang kadang terlambat sehingga menyebabkan para pelajar harus menggunakan angkutan lain untuk menuju ke sekolahnya. Hal ini bertujuan agar mereka tidak terlambat masuk kelas.
Disinilah satu paparan yang menggelitik tersebut saya temukan. Diceritakan bahwa ada anak sekolah yang jika terlambat naik Bis Sekolah karena ia kesiangan atau Bisnya yang terlambat datang, maka siswa tersebut harus naik angkutan bajaj menuju sekolahnya dengan tarif Rp 30.000,- s.d. Rp 35.000,-.
Menurut saya, angka tersebut cukup besar untuk ukuran anak sekolah. Sejauh apa sih jarak rumah mereka dengan letak sekolahan sehingga harus mengeluarkan dana segitu banyak?