Mohon tunggu...
Dewi Nurbaiti (DNU)
Dewi Nurbaiti (DNU) Mohon Tunggu... Dosen - Entrepreneurship Lecturer

an Introvert who speak by write

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jaga Batasan #kamitidaktakut Agar Tidak Takabur

16 Januari 2016   14:20 Diperbarui: 16 Januari 2016   14:35 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kejadian teror bom di Sarinah, Jakarta yang terjadi pada Kamis (14/1) lalu berhasil melahirkan berbagai istilah dan fokus baru di dunia maya. Mulai dari membahas polisi yang rupawan, sepatu yang digunakan sang teroris hingga lahirlah hastag #kamitidaktakut. Hastag ini dimaksudkan agar seluruh warga DKI Jakarta khususnya dan warga negera Indonesia pada umumnya tidak takut dalam menghadapi berbagai teror macam apapun.

Kejadian yang mengerikan ini telah berhasil diamankan oleh jajaran kepolisian, tentara dan berbagai petinggi negara ini hanya dalam waktu hitungan jam saja. Jakarta kembali tenang namun tetap perlu tingkat kewaspadaan yang tinggi. Berkat kerjasama yang baik antar berbagai pihak maka kondisi Ibukota negara yang sempat memanas cepat kembali pulih walau police line masih terpasang di sejumlah titik kejadian. 

Atas kejadian ini ada hal kecil yang ingin saya soroti yakni mengenai hastag #kamitidaktakut. Kalimat ini memang terdengar sangat optimis, berani, siap perang melawan teroris, bahkan siap sedia menyelamatkan bumi Indonesia dari siapa saja yang berani menyerangnya. Tapi disisi lain saya melihat masih ada konotasi yang negatif dari hastag ini jika diucapkan dan disebarkan terlalu berlebihan.

Jika hastag #kamitidaktakut dituangkan dalam sebuah spanduk berukuran besar, diucapkan sambil berteriak bersama-sama, mengusung spanduk tinggi-tinggi dan perbuatan mengelu-elukan lainnya, menurut saya ini bisa nyaris berlebihan. 

Hati-hati, jangan terlalu berani mengucapkan ini, jangan terlalu gembira mengucapkan “kami tidak takut”, karena hal ini terkesan menantang. Kita menantang teroris datang lagi, kita menantang keadaan yang mencekam untuk muncul kembali, bahkan bisa dibilang kita menantang keadaan. Hati-hati, ini bisa menjurus pada takabur. 

Bukan berarti tidak setuju untuk diungkapkan dan disebarkan kemana-mana, hanya bermaksud mengingatkan satu sama lain agar tetap menjaga pada porsinya agar tidak terkesan menantang, sombong, hingga nyaris takabur. 

Kita berani karena kita memang tidak takut, tapi kita juga tetap perlu waspada. Jaga hati, jaga ucapan dan jaga batasan. 

Love all of you! 

#DNU

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun