Berlebihankah judul diatas?
Untuk menentukan jawaban yang paling tepat coba bayangkan perumpamaan dibawah ini.
Tidak ingin menyudutkan agama apapun, hanya mengajak siapa saja yang berkenan untuk merasakan kenyamanan diri saat menunaikan ibadah atas keyakinan pribadi.
Saat kita sedang khusyuk; demikian istilahnya dalam agama saya (Islam), atau dengan kata lain tengah serius sekali atas penghadapan kita kepada Tuhan Yang Maha Esa melalui perwujudan suatu ibadah, tiba-tiba kita diserang oleh sekelompok orang.
Penyerangan bertujuan untuk membubarkan kegiatan ibadah kita.
Lebih miris lagi terjadinya tepat di Hari Raya agama kita, yang notebene hari raya adalah hari suka cita seluruh penganutnya. Hari terbaik dan terindah bagi siapa saja yang meyakininya.
Sekali lagi, tiba-tiba kita diserang, dilempari bebatuan dan seketika rumah ibadah kita dibakar tanpa sebuah alasan yang dapat dibenarkan.
Dengan ini saya mengajak kepada semuanya untuk membayangkan. Di hari rayamu, ditengah ibadahmu, ditengah penghadapanmu kepada Tuhanmu, tiba-tiba kamu dipaksa bubar atas ibadamu melalui serangan yang amat menyakitkan.
Agama adalah kepercayaan, dan setiap orang berhak memilih agamanya masing-masing atas kepercayaanya sendiri-sendiri. Untukmu agamamu dan untukku agamaku.
Dengan tetap tidak memihak suatu agama, sekali lagi artikel ini hanya ingin mengajak kepada siapa saja yang membacanya untuk kembali membuka mata tentang adanya suatu garis lurus untuk sebuah keyakinan.
Adalah urusan saya dengan Tuhan saya untuk agama yang saya anut dan ibadah yang saya tunaikan. Kasarnya sih demikian.