Debur ombak ini telah benar-benar menenangkan otak saya. Tidak lagi saya ingat akan kehidupan dunia, melainkan hanya ingat mati.
Suatu saat saya pasti akan mati, entah dimana dan melalui cara yang bagaimana. Mati, dan hilang dari muka bumi ini.
Tak perlu lautan yang amat luas seperti yang terpampang didepan mata saat ini. Sebidang tanah, sepucuk ranting bahkan tak perlu apapun untuk saya bisa mati. Seketika tuhan berkehendak, semuanya bisa langsung terjadi.
Mati dan pergi dari semua yang tampak di planet ini. Hilang dan tak terlihat lagi. Seperti puluhan armada laut yang mulai beranjak pergi, terus menjauh hingga tak terlihat lagi.
Samudera amat indah hari ini. Tapi apakah kamu tahu mungkin saja esok hari kita tak bisa menyaksikannya lagi. Mata ini tak bisa melihat indahnya ciptaan Tuhan lagi.
Hempasan ombak yang tak kunjung henti, seakan sedang menghitung setiap detiknya ada berapa makhluk Tuhan yang beranjak pergi. Dan giliran kita, entah berapa lama lagi.
Debur ombak ini telah benar-benar mengingatkan saya tentang mati.
Hamparan laut ini telah benar-benar mengingatkan saya tentang anugerah illahi robbi yang tak kunjung henti.
Bentangan luas langit senja ini telah benar-benar mengingatkan saya tentang perlunya bersyukur setiap hari.
Dan perginya armada laut ke sebarang samudera hingga tak terlihat lagi, benar-benar telah mengingatkan saya tentang adanya kehidupan yang kekal abadi setelah didalam gemerlapnya dunia ini.
Cahaya gemintang, angin menderu, daun melambai dan tawa riang para penikmat pesisir pantai, adalah gambaran indah nan sempurna layaknya lukisan anak dahulu kala yang di mana ada pantai disitulah ada pohon kelapa.